PELAJARAN DARI NASI GORENG



Ternyata ...

"Aku mau nasgor Rizqi, Pi. Udah buka belum ya?"

"Oke, nanti malam aku liat." Jawab suamiku.

Yes! Sudah beberapa Kali kami ke warung itu, kok tutup. Semoga Malam ini buka.

Ternyata, kabar baik belum bersahabat denganku. Masih tutup.

"Kenapa ya, pi? Biasanya kalau tutup nggak lama. Cuma istirahat kecapekan, palingan 2 - 3 hari. Tapi ini kok lama banget." Hopeless aku utarakan uneg-uneg pada suamiku.

"Mantu paling, mom?"

"Ah, mosok mantu lama amat." Eyel saya.

****

"Nanti Malam kita ke Rizqi."

"Udah buka?" Saya bersemangat.

"Udah, aku WA Amrul." Amrul adalah teman suamiku yang jaga konter HP di depan Rizqi.

Tak sabar menunggu Malam datang. "Kamu nggak jadi ngiler dek." Ucapku sambil mengelus-elus perutku yang mulai  keliatan jembul.

Malamnya, sampai lah kami di warung klangenan.

"Suwiii men mbak leh tutup."

"Kula niku kenging alangan, mbak. Niki Niki, kesokan banyu umub saking presto." Dia tunjukkan kakinya yang luka.

"Yaa Allaah, kok saged mbak?" Pancingku.

Ternyata, sebulan warung itu tutup. Cerita kakinya yang terkena air panas dari panci presto membuat ingatanku berkelana ke masa lalu. Betapa tidak nyamannya anggota badan terkena air panas atau api. Sembuhnya lama, bekasnya tidak lekang oleh waktu.

"Kalau kelamaan berdiri masih terasa pegal sekali kakiku ini mbak. Harus langsung duduk." Katanya sambil duduk di dhingklik setelah selesai membuatkanku naai goreng.

"Lekas sehat kembali, ya mbak." Kubayangkan aku terbaring tak berdaya selama sebulan lebih ketika kaki Dan tanganku terbakar di bedhian (baca: lubang di tanah untuk membuang Dan membakar sampah rumah tangga).

Nasi goreng yang kusendok, aku paksakan masuk perut. Rasanya berhenti di tenggorokanku.

_tidak mudah melewati luka_
Pulosari, 30 November 2017


INDRIYANI VOLUNTIRI AZIEZ,  GURU SMPN 2 NGAGLIK, SLEMAN,  DIY

Comments