HP DAN BUKU



Bus Patas Trenggalek-Tulungagung-Surabaya baru saja keluar dari Terminal Bus Surondakan Trenggalek. Bersama beberapa penumpang yang menunggu di pintu keluar terminal, saya bergegas naik. Sopir bus, Pak Triono, hapal dengan saya. Saya menyapanya. Ia menjawab dengan senyumnya yang khas. Bertahun-tahun saya menumpang bus ini menuju ke kantor.

Sesaat saya mencari tempat duduk. Bus yang berangkat pukul 06.20 dari Trenggalek ini jarang terisi penuh penumpang. Pernah juga penuh sesak, tetapi lebih sering terisi tidak lebih dari 15 orang.

Bus ini cukup nyaman. Namanya juga patas. Tarifnya sangat bersahabat, yaitu 6 ribu rupiah dari Trenggalek ke Tulungagung. Hanya selisih seribu rupiah dari tarif bus AC Tarif Biasa yang bertarif 5 ribu. Dan jauh lebih murah dari bus mini tanpa karcis yang pasang tarif berdasarkan feeling. Kadang 10 ribu, kadang 8 ribu.

Satu pemandangan khas saat di bus, yaitu hampir setiap penumpang mengeluarkan handphone masing-masing. Terlihat begitu kusyuk.

Saya juga begitu. Masuk bus, duduk, lalu HP dibuka. Jaringan internet dinyalakan. Pesan yang penting dibalas. Lalu mulai membuka colornote dan mengetik.

Apa saja yang terlintas saya ketik. Seperti tulisan ini. Tidak perlu banyak. Cukup tiga sampai lima paragraf. Setelah itu mulai membuka buku. Membaca satu sampai dua halaman. Direnungkan maknanya, dikontekstualisasikan, dan ditandai jika penting.

Selalu begitu? Tentu tidak. Itu gambaran saat produktif. Saat tidak produktif, begitu duduk langsung tidur. Baru bangun saat mendengar teriakan kondektur.

"Tulungagung terminal terakhir", teriaknya berkali-kali.

Jika tidak tidur, saya ya hanya main hp. Aplikasi yang penting saya buka, khususnya facebook, instagram, dan WhatsApp.

Saya kira hp sekarang ini telah menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan. Jika hp ketinggalan, misalnya, hidup menjadi kurang sempurna. Rasanya begaimana, begitu. Pokoknya tidak enak banget.

Aktivitas di mana pun juga bersama hp. Selain di bus, sebagaimana ulasan awal tulisan ini, orang menggunakan hp di nyaris semua tempat. Bahkan di masjid pun saya pernah menemukan hp berbunyi. Padahal itu saat shalat.

Orang yang shalat di samping saya rupanya lupa mematikan hp di saku celana. Saat itu sedang jamaah shalat asar di masjid. Baru memasuki rakaat kedua, hp berbunyi. Nada deringnya lagu Rhoma Irama, *Begadang#.

Saya sendiri tidak tahu persis apa yang dilakukannya. Seingat saya bunyi itu baru berhenti saat shalat usai. Meski tentu saja terganggu, saya diam saja. Saya berusaha tidak peduli mengingat dia kenal saya.

Esoknya dia menemui saya dan bercerita tentang malunya saat kejadian. Setelah kejadian dia langsung ganti hp baru. Hp lama ditukar.

Ujung perbincangan yang membuat saya ketawa terpingkal-pingkal.

"Masalahnya satu mas. Saya tidak tahu cara mengangkat telepon. Ini diapakan ya?".

Rupanya hp baru yang dimilikinya android, sementara hp sebelumnya belum memakai android. Wajar jika butuh adaptasi.

NGAINUN NAIM

Comments