POLITIK SAMUDERA MANTAN


Ada kalimantan, ada samudera mantan atau sagar mantan. Tapi ini bukan soal sejarah, melainkan analogi politik.

Samudera atau sagar mantan adalah kisah mitologi hindu. Samudera atau sagar itu artinya laut dan mantan itu artinya mengaduk. Jadi maknanya "mengaduk laut". Memang kisah ini tentang laut yang dikocok.

Dalam cerita itu, dikisahkan pada mulanya para dewa tidak bisa mati, abadi. Namun karena kutukan orang suci, dewa kehilangan keabadiannya. Maka dari itu mereka mencari air keabadian (amerta). Caranya adalah dengan mengaduk laut hingga amerta keluar dari dalamnya.

Namun para monster atau raksasa (asura) juga mau abadi, sehingga mau juga mendapatkan amerta. Mereka lantas berperang dengan para dewa.

Namun atas anjuran wisnu, daripada berperang, Para dewa dan asura dianjurkan bekerjasama mengaduk samudera untuk menghasilkan Amerta. Maka bekerjasamalah mereka.

Diambillah Gunung Meru lalu ditaruh di samudera dengan alasnya kura-kura raksasa (Kurma) dan dililitkanlah Basuki (ular raksasa) pada gunung itu. Para asura memegang kepala basuki dan para dewa memegang ekornya. Lalu mereka menariknya secara berlawanan dan berputar agar gunung itu ikut berputar dan mengaduk laut.

Air teraduk hebat, tapi sebelum keluar Amerta, yang keluar duluan ternyata halahala.

Halahala adalah bisa atau racun. Akibatnya semua keracunan, baik dewa maupun asura. Racun itu dikatakan bisa membunuh penghuni bumi.

Maka yang menolong mereka adalah Siwa. Caranya adalah dengan meminum racun itu, tapi tidak menelannya. Siwa menahan racun itu hanya sampai di tenggorokan.

Demikianlah upaya itu diteruskan, setiap keluar halahala, siwa meminumnya. Hingga akhirnya keluarlah yang dicari-cari, Amerta. 

Selesai. Apa yang dapat kita ambil pelajaran dari situ?

Terserah masing-masing pembaca. Tapi saya melihat, ada taktik politik yang bisa diambil di situ.

Pertama, untuk memperoleh hasil terbaik, dua kekuatan harus bekerjasama. Baik yang sedang berkuasa maupun yang sedang menjadi oposisi.

Kedua, dalam kerjasama dua kekuatan berlawanan itu pasti ada masalah besar yang akan muncul. Yang bisa menggagalkan, bahkan bisa menghancurkan kedua belah pihak.

Ketiga, dibutuhkan tumbal untuk menampung masalah tersebut.

Ketiga, agar tumbal itu tidak sampai hancur juga, maka ia harus kuat dan sakti. Paling tidak ia harus mampu "meminum racun itu tanpa menelannya".

Demikianlah menurut saya.

RAGA CANDRADIMUKA, budayawan kalimantan utara

Comments