Hari kamis,(12, november, 2017), pukul 10-00- selesai, saya beserta teman- teman mahasiswa pendidikan bahasa indonesia lokal A angkatan 2016 melakukan kuliah lapangan di "Baloy Adat Tidung", Tarakan Kalimantan utara. Adapun pendamping kami yaitu Dosen di universitas borneo tarakan Bapak Muhammad Thobroni, S.S.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Tidung. Di mana narasumber nya bernama ibu intan kesuma selaku narasumber di Baloy Adat Tidung, beliau adalah tokoh masyarakat yang paham dengan adat istiadat suku tidung di Kota Tarakan.
Panggaw adalah dari bahasa tidung yang artinya pelaminan pengantin, tidak hanya itu isi dari panggaw ini terdiri dari Nasi pengantin beras ketan putih yang kasi pewarna kuning dan di berikan santan lalu di masak seperti nasi kemudian di bentuk seperti nasi rasul lalu di berikan inti yang artinya buah kelapa tua di parut lalu di campuri gula merah, yang di gunakan pada saat resepsi pernikahan yang merka makan bersama seperti suap-suapan, tidak hanya pada saat resepsi pernikahan saja tetapi pada saat acara aqiqah (naik ayun) juga di gunakan, adapun Penduduk yang dalam arti duduk, sebelum si penggantin menduduki menduduki panggaw tersebut, penduduk ini berisi pisang sanggar, kelapa,beras,gula merah, lilin kuning, dan pisau. Busak dian ini ada dua, satu untuk mempelai wanita dan satu untuk mempelai pria sebagai tanda hiasan di panggaw, Sedulang ini berisi piring sebanyak 6-7 lusin lalu di bungkus menggunakan kain kuning untuk di berikan kepada pihak pengantin wanita.Warna hiasan nya warna kuning, merah,hijau karena warna tersebut melambangkan warna suku tidung yang turun temurun.
ANANDA WIDYA PUTRI, mahasiswa pbsi fkip ubt
Comments
Post a Comment