PADAW TUJU DULUNG, ALAT TRANSPORTASI ORANG TIDUNG



Padaw Tuju Dulung (Tujuh Haluan) adalah merupakan sebuah perahu dengan bentuk yang khas, yang mana di atas perahu tersebut ditempatkan sesaji yang dihaturkan. Bentuk haluan perahu bercabang tiga. Haluan yang tengah bersusun tiga, haluan yang kanan dan kiri masing-masing bersusun dua, maka terdapat tujuh haluan yang bermaksudkan jumlah hari dalam seminggu dimana kehidupan manusia berlangsung dari hari dan seterusnya.
Warna perahu terdiri dari kuning, hijau dan merah. Haluan perahu yang teratas berbentuk segi empat dinamakan meligay dan terdapat sesaji berupa beras ketan putih, hitam, merah, kuning, terdapat pula ayam bakar, pisang hijau satu sisir dan berjumlah ganjil. Menurut pendapat dan cerita dari informan, perlengkapan untuk acara Iraw membelinya tidak boleh ditawar, sebab sesaji tersebut untuk disedekahkan kepada bumi.
Perlengkapan lainnya di atas berwarna kuning, yang mana kuning menurut tradisi budaya Suku Tidung adalah perlambang suatu kehormatan atau suatu yang ditinggikan dan dimulyakan. Hanya satu haluan yang berwana kuning bermaksud bahwa hanya satu penguasa tertinggi alam semesta yaitu Yang Maha Kuasa Allah SWT Sang Maha Pencipta. Di atas perahu terdapat lima buah tiang yang melambangkan sholat lima waktu yang merupakan tiang Agama Islam. Guna tiang-tiang tesebut adalah tempat mengikatkan atap dari kain berwarna kuning yang disebut PARI-PARI. Pada tiang kanan depan terpasang kain kuning ke haluan kanan, demikian pula pada tiang kiri depan memanjang turun ke haluan kiri.
Dalam tradisi Ulun Pagun atau suku Tidung Islam terdapat Ulos yaitu kain yang melambangkan strata masyarakat yang dilambangkan dengan warna kain yang terdapat kuning, hijau, dan putih. Biasanya Ulos dipakai untuk alas makanan dari talam berkaki yang disebut tabak, kemudian diletakkan makanan diatas Ulos tersebut, itulah yang dapat melambangkan strata masyarakat suku Tidung. Biasanya Ulos yang berwarna kuning digunakan keturunan bangsawan, hijau digunakan untuk keturunan Sarif untuk sebutan pria dan Sariafah untuk sebutan wanita, kemudian putih digunakan untuk tokoh masyarakat atau orang-orang yang berjasa.
Makna dari warna-warna ulos tersebut juga beraneka ragam seperti kuning yang bermakna kehormatan, kemuliaan, keagungan. Hijau bisa bermakna keyakinan atau kepercayaan. Karena Ulos untuk keturunan Sarif dan Sarifah ini adalah orang pendatang namun sudah di percaya karena merupakan keturunan nabi yang dianggap membawa kepercayaan yang dianut. Kemudian putih, bisa diartikan pengabdian yang tulus.

IGA MAWARNI, mahasiswa pbsi fkip ubt

Comments