Konferensi Internasional Kesusastraan (KIK) X di Universitas Bengkulu diisi dengan pemaparan banyak hasil penelitian menarik tentang perkembangan karya sastra, termasuk karya sastra lama. Misalnya peneliti dari STIKIP Nurul Huda Sukaraja OKU Timur yakni Yanti Sariasih. Yanti Sariasih memaparkan hasil penelitiannya tentang fenomena yang sedang aktual yakni Ajian Jaran Goyang Dan Ajian Semar Mesem yang juga dijadikan topik lirik lagu. Ternyata kedua ajian tersebut merupakan mantra pengasihan.
Menurut Peneliti Yanti Sarniasih, salah satu jenis sastra lama adalah mantra yang termasuk dalam jenis sastra lisan. "Dalam khazanah sastra lisan yaitu mantra selalu identik dengan mitos dan mistis atau hal-hal yang berbau ghaib. Mantra dalam tradisi sastra dapat dilihat dalam aspek mikro atau mikro," papar Anti di hadapan peserta KIK di Bumi Raflesia Bengkulu.
Dijelaskan oleh Yanti bahwa aspek mikro meliputi struktur mantra itu sendiri, sedangkan aspek makro merupakan unsur kondisi sosial budaya yang menaungi dan melingkupi mantra pengasihan. "Mantra pengasihan Ajian Jaran Goyang dan Ajian Semar Mesem mulanya sekadar ajian pengasihan semata tetapi kemudian hari mantra ini digunakan sebagai mantra pelet atau alih guna dari fungsi awalnya untuk memikat lawan jenis, " ujar Yanti dalam kajiannya.
Kedua mantra tersebut diduga telah ada sejak zaman animisme sehingga dari aspek bahasa tampak lebih mengedepankan aspek ghaib seperti jin dan sejenisnya daripada kekuatan Tuhan. Mantra sebenarnya bagian dari karya sastra yang keberadaannya di masyarakat memiliki tempat khusus. Kedua mantra memiliki kemiripan tujuan dan niat. Hanya saja perbedaannya terletak pada aspek sugesti dari kata-kata yang terdapat dalam mantra dan penutup mantranya. (ambau.id)
Comments
Post a Comment