LITERASI DAN KETANGGUHAN BANGSA



Berikut adalah ringkasan materi dari Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Beliau adalah salah satu pemakalah utama dalam Konferensi Bahasa dan Sastra 2 (International Conference on Language, Literature And Teaching/ICLLT) yang diselenggarakan atas kerja sama RISTEKDIKTI, Universitas Negeri Semarang, Ikatan Asosiasi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (IKAPROBSI) dan Panitia Konferensi Bahasa dan Sastra (KBS). Saya tuliskan sebagai oleh-oleh untuk Anda semua. Semoga bermanfaat.

Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum menyebutkan bahwa literasi sebagai kunci peningkatan kecakapan abad 21. Beliau menjelaskan bahwa literasi (literacy) berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang menyertainya. Kendatipun demikian, literasi berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan. Adapun sistem bahasa tulis itu bersifat sekunder. Manakala berbicara mengenai bahasa, tentu berkait dengan budaya. Bahasa merupakan bagian dari budaya. Berkenaan konsep kelit kelindan antara bahasa dan budaya, Prof. Fatur menunjukkan definisi literasi menurut Kern sebagai berikut.

Literacy is the use of socially – and historically – and culturally situated practices of creating and interpreting meaning through texts. It entails at least a tacit a awareness of the relationship between textual conventions and their context of use and, ideally, the ability to reflect critically on those relationships. Because it is purpose sensitive, literacy in dynamic – not static – and variable across and whitin discourse communitises and cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities, on knowledge of written and spoken language, on knowledge of genres, and on cultural knowledge.

Literasi bukanlah sekadar keterampilan membaca dan menulis secara mekanis. Literasi meliputi tanggapan, pemahaman dan kegiatan kehidupan yang tersusun dan diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran berkelanjutan. Dalam hal ini literasi memiliki arti penguasaan suatu tahap ilmu yang berdasar keterpaduan antara keterampilan mendengar, berbicara, membaca, menulis, berhitung dan berpikir (dikutip dari pendapat Wagner, Freire, Madeco, Namuddu, dan Unsworth). Kemampuan ini melibatkan kegiatan mengumpulkan pengetahuan yang mengarahkan seseorang untuk memahami dan menggunakan bahasa.konsepliterasi ini memadukan konsep literasi fungsional dan literasi skill (keterampilan dasar hidup dan literasi budaya). Pada masa lalu, literasi diarahkan pada kemampuan membaca dan menulis (melek aksara). Dalam konteks saat ini, literasi berarti melek teknologi, politik, berpikir kritis dan peka terhadap lingkungan.

Berdasar tingkatan literasi yang ditawarkan oleh Wells (1987), Prof. Fatur menyebutkan bahwa literasi terbagi menjadi empat tahap. 1) Performatif. Pada tingkat ini orang mampu membaca, menulis dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. 2) fungsional. Pada tahap ini diharapkan dapat menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup keseharian, seperti membaca petunjuk manual. 3) Informasional. Pada tahap ini diharapkan dapat mengakses pengetahuan dengan bahasanya. 4) Epistemik. Diharapkan dapat mentransformasi pengetahuan. Dengan demikian, literasi yang dimaksudkan dalam konteks saat ini adalah literasi epistemik. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan tercipta, sehingga dapat dikembangkan sebagai bagian dari transformasi pengetahuan yang membawa pada peningkatan kecakapan sumber daya manusia abad 21.

Adapun batasan kecakapan abad 21 menurut P21 adalah 1) kemampuan belajar dan inovasi. 2) berpikir kritis dan problem solving. 3) komunikasi dan kolaborasi. 4) kemampuan mengakses dan memanfaatkan informasi, media dan teknologi. 5) kemampuan hidup dan berkarier. Dengan demikian, domain kecakapan abad 21 mencakup domain knowledge, skills, attitudes, values and ethics (Binkley, 2012). Prof. Fatur meringkasnya menjadi tiga kecakapan yaitu kemampuan, karakter dan literasi.

Literasi ini digunakan untuk mempersiapkan diri memasuki situasi dan kondisi yang telah disebutkan dalam The Future Jobs berdasarkan kajian dari World Economic Forum 2016, bahwa pada tahun 2020 dibutuhkan sepuluh kecakapan utama yakni kemampuan memecahkan masalah yang kompleks, berpikir kritis, kreatif, manajemen SDM, koordinasi, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi pada pelayanan, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif.

Prof. Fatur berharap Indonesia mempersiapkan diri untuk menjadi pemain aktif yang turut serta menentukan arah perkembangan teknologi. Beliau juga menyebutkan bahwa seseorang yang dapat disebut literat apabila sudah dapat memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya.

Salam Literasi.

WACHID EKO PURWANTO, dosen universitas ahmad dahlan (UAD)  yogyakarta

Comments