KEHIDUPAN AGAMIS DI AMERIKA DALAM FILM BULAN TERBELAH DI AMERIKA



Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” merupakan film produksi Maxima Pictures bergenre drama yang dibintangi oleh Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Nino Fernandez, Hannah Al Rasyid, dan Rianti Cartwright. Film ini disutradarai oleh Rizal Mantovani dengan produser Ody Mulya Hidayat. Skenario ditulis oleh Hanum Salsabila Rais. Film ini merupakan adaptasi novel “best seller” dengan judul yang sama karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra.
Dikisahkan, setelah mendapat kiriman email video seorang gadis berjudul “Do you know my dad?”, Hanum (Acha Septriasa) seorang jurnalis muslim dan bekerja disebuah kantor berita di Wina, diberi tugas untuk menulis artikel provokatif oleh bos redaksi, berjudul “Apakah dunia lebih baik tanpa islam?”. Untuk menjawabnya, Hanum harus bertemu dengan korban tragedi 9/11 di New York, Azima Husein (Rianti Cartwright), seorang mualaf yang bekerja disebuah museum, dan anaknya, Sarah Husein. Pada saat bersamaan, Rangga (Abimana Aryasatya) suaminya, juga ditugasi oleh profesornya untuk mewawancara seorang milyuner dan philantropi Amerika bernama Phillipus Brown, demi melengkapi persyaratan S3 nya. Brown dikenal eksentrik, misterius, dan tidak mudah berbicara dengan media. Rangga diminta untuk menemui Stefan (Nino Fernandes) dan kekasihnya Jasmine (Hannah Al Rasyid) yang berada di New York yang telah mengatur pertemuan eksklusif dengan Brown. Malang tidak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, tugas mereka berantakan ketika sebuah demonstrasi besar berakhir ricuh dan membahayakan keselamatan mereka.
Film yang dirilis pada 5 Desember 2015 ini menawarkan banyak cerita yang dari pasangan-pasangan di film ini. Pasangan kekasih, suami istri, ibu anak, dan ayah anak. Untuk mendiskripsikan kisah masing-masing pasangan tentu dibutuhkan waktu cukup banyak. Setidaknya dibutuhkan separuh durasi film ini untuk memperkenalkan karakter dan kisahnya masing-masing. Cerita 9/11 melibatkan banyak orang yang menjadi korban, keluarga korban, dan simpati dari masyarakat di Amerika.
Kisah film ini merangkum kemarahan pada Islam dengan berbagai sudut pandang. Sebagai negara yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia, Maxima Pictures secara cerdas menyentil perasaan muslim di Amerika yang mungkin akan menjadi emosional jika Anda menonton film ini. Musik juga diperhatikan dengan baik untuk menggiring emosi penonton. Menjelang akhir, film ini menampilkan puncak emosi yang bisa membuat penonton ikut merasakan perasaan masing-masing pemain. Sayangnya semua kebaikan film ini diletakan hampir di akhir film, jadi anda harus menahan kebosanan untuk mencapai akhir cerita film ini.Jika Anda bukan penggemar film religi, mungkin film ini akan terasa berlebihan sehingga terasa membosankan. Apalagi adegan dalam ruangan lebih mendominasi daripada adegan di luar ruangan dan Landscape New York kurang terekspos maksimal. Walaupun masih ada beberapa kekurangan, film ini masih tetap menarik untuk di tonton.

ERMA,  mahasiswa pendidikan matematika fkip ubt

Comments