PEMUDA MERUGI: PUISI YONIS GALIH ARIFAH, KALIMANTAN UTARA


 
Langkah melangkah menapak jurang bermandikan dosa.
Dalam renung penuh iba.
Memuncak rasa sesal melanda.
Tertatih dalam jeratan kuasa janji buta.

Teringat janji yang tak terucap benar.
Tangan mengepal menatap dunia bersinar.
Gemerlap dunia menatap nanar.
Haus dusta yang tak pernah menampar.
Aku lupa terlahir dari tubuh yang terkapar.

Ketika itu waktu tak malam lagi.
Badanku tegak gagah berdiri.
Tersengar suara celoteh wanita tua yang lunglai.
Menapak langkah semakin berani.

Malam berdentang lisan tertawa.
Tersirat nasihat wanita tua.
Deru seru langkah menyembah.
Tuhan kekal abadi nyatanya.

Waktu tak lagi siang ketika itu aku pulang.
Lemah terkulai dalam keranjang panjang.
Tanah berkubang menatap menantang.
Langit mengejang kafan mengekang.

Tersirat nasihat wanita tua.
Angin terlintas debu menangis jadinya.
Lisan bersuara Tuhan tak berupa.
Manusia tak percaya siksa menerpa.

Andai kesempatan kedua menyapa..
Gelap siangkan kusembah padanya.
Suara takbir terus menggema,
Runtuhan tanah menghujam menerpa.
Sungguh aku merugi waktu remaja aku tiada guna.
Jerit menggema tiada yang peduli,
Ini bukan mimpi neraka itu abadi

Comments