KAROMAH WALI ALLOH


Maulana Abdurrahman al-Jami, dalam "Nafahat al-Uns", menceritakan:

Dzun Nun al-Mishri meninggal pada tahun 245 H. Ketika orang-orang mengusung jenazahnya, muncullah sekawanan burung hijau memayungi jenazahnya dan seluruh pengiring dengan sayap-sayap mereka. Dalam sejarahnya, burung-burung ini hanya menampakkan diri mereka seperti itu pada iringan jenazah Dzun Nun dan Abu Ibrahim al-Muzani (w. 264 H)--salah seorang murid Imam Syafi'i, semoga Allah meridhainya. Setelah itu, tampaklah tanda penerimaan Ilahi atasnya.

Pada hari kedua, orang-orang menemukan sebuah tulisan pada nisan kuburannya yang tidak menyerupai tulisan manusia, berbunyi "Dzun Nun Kekasih Allah; Diwafatkan Allah karena Rindu." Dan, setiap kali orang berusaha menghapus tulisan tersebut, tulisan itu muncul kembali seperti sedia kala.

#CATATAN:

Dalam "Tanwir al-Qulub", Syekh Muhammad Amin al-Kurdi mengatakan, "Karamah itu sudah tegas adanya bagi para wali Allah, baik di saat mereka masih hidup maupun setelah wafat--sebagaimana pendapat jumhur ulama Ahlus-Sunnah."

Selanjutnya dijelaskan pula, "Di dalam empat mazhab yang muktabarah, tidak ada yang menafikan kelangsungan karamah para wali setelah mereka wafat. Bahkan, penampakan karamah setelah wafatnya seorang wali dipandang lebih utama karena pada saat itu nafsu berada dalam kondisi bersih dari berbagai kotoran. Atas dasar itulah, maka ada ulama yang mengatakan, 'Barangsiapa yang karamahnya tidak tampak setelah dia wafat sebagaimana dulu ketika dia masih hidup, maka dia itu bukanlah mukmin sejati (shadiq)."

JAMAL T. SURYANATA, budayawan banjarmasin

Comments