Malam
itu hujan turun, aku masih duduk di depan jendela,
Sembari kusesap kopi yang kian dingin.
Semenjak kau putuskan untuk pergi ,
ada langkah kaki yang berjalan tak seimbang lagi,
Semenjak kau putuskan untuk pergi,
ada harapan yang perlahan mati,.
terkubur oleh kisah indah yang ia rangkai untuk masa
depannya,
Semenjak kau putuskan untuk pergi,
ada hati yang merangas,pilu berjatuahan,gugur tak
terperi,
Ah,mungkin
kita adalah hujan yang terlupakan di bulan juni ketika Sapardi menulis puisi
atau
mungkin kita adalah dua orang yang sedang belajar menulis askara di benak
Yang
ku tau cinta itu iklas seperti air ,tenang seperti udara,
biarlah cinta ku gugur begitu saja
seperti bunga.
Hujan semakin deras, kopi pun kandas,tubuhku
perlahan menggigil .
Tempias air dari deras membenamkan genangan yang lebih
lengang dari lengan penantian
Sebab kau tak pernah luput kunanti meski kenangan
seringkali membuat pandanganku kabur
dalam membedakan warna dalam hidup
Kau masih gerimis suaramu di ujung hujan ku.
(ambau.id/ilustrasi gambar: www.123rf.com)
Comments
Post a Comment