IMAM BONJOL, KEPAHLAWANAN DAN KISAH KEKALAHAN BAGI ANAK-ANAK



Buku TUANKU IMAM BONJOL, ULAMA DAN PEJUANG  ini diterbitkan tahun 1991. Tertera pada sampul luar dan dalam, buku ini ditulis oleh pengarang bernama N. Irma dan diterbitkan oleh PENERBIT MADJU jakarta. Kita juga dapat membaca melalui sampulnya, buku ini MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN INPRES NO 6 TAHUN 1984.
Penulisan dan pengadaan buku cerita anak, karena buku ini jelas ditujukan kepada siswa sekolah dasar (SD), ini merupakan proyek besar dan membanggakan yang pernah dibuat rezim Orde Baru di bawah kuasa Presiden Soeharto. Tentu saja bacaan ini, serupa produk budaya lain zaman itu, telah melalui proses seleksi ketat baik isi maupun kemasannya.
Buku Tuanku Imam Bonjol ini menarik dicermati. Pilihan tema cerita dan tokoh yang dipilih adalah pahlawan nasional. Ada harapan besar agar anak-anak membaca buku ini dan mengambil manfaat dari buku cerita anak ini. Beruntunglah anak-anak yang dulu sempat mengenyam dan menikmati tradisi literasi yang diinisiasi pemerintah Soeharto.
Buku ini sendiri mengisahkan perjalanan panjang kehidupan Imam Bonjol. Khususnya pada masa kecilnya dan masa perjuangannya melawan penjajah. Penonjolan cerita masa kecil tentu saja ingin memberi kesan kepada pembaca anak-anak bahwa Imam Bonjol menjadi pahlawan nasional tidak dengan cara mudah tetapi perjuangan dan kemauan untuk memuliakan ilmu melalui kegiatan belajar. Terutama adalah belajar agama Islam. Dikisahkan bahwa Imam Bonjol kecil serupa anak kecil lain yakni suka berlari tanpa baju di bawah derasnya hujan. Namun sisi lain, ia juga harus tahan mental penuh kesabaran menghadapi tuntutan orang tua, khususnya ayahnya yang seorang agamawan agar Imam Bonjol menjadi anak yang baik agamanya bahkan menjadi ulama penyebar agama.
Dalam buku ini juga dikisahkan bahwa betapapun berat perjuangan seorang Imam Bonjol, toh hasilnya tidak selalu harus sama dengan yang diperjuangkan. Membaca kisah perjuangan Imam Bonjol ini bagian menarik adalah saat ia merasa salah langkah mengambil keputusan, sehingga ditipu musuh, ditangkap dan dibuang asingkan ke tempat yang jauh. Lebih perih lagi, kisah ini juga memberi tekanan rasa perih bahwa di antara sisa usia perjuangannya, Imam Bonjol juga ditinggal para pengikutnya yang terkenal setia.
Banyak pelajaran berharga dapat ditimba pembaca anak-anak, juga para orangtua pendampingnya dari buku setebal 64 halaman ini.
Namun demikian, kalaupun ada kritik, sebagai buku ini memang ditulis dengan gaya cerita membosankan, terlalu berat untuk pembaca anak, terlalu pekat dengan fakta sejarah dengan penyuguhan serupa buku teks akademik bidang sejarah. Meski disuguhkan dengan alur cerita dan dilengkapi dialog namun belum mampu memberi rasa hiburan yang lebih kuat  , sesuatu yang seharusnya menonjol dalam karya sastra  terlebih merupakan karya sastra anak.

MUHAMMAD THOBRONI, peneliti literasi dan penulis buku cerita anak.

Comments