DOSENPREUNER DAN PRODUKTIVITAS MENULIS



Hasil workshop buku kemarin sangat banyak yang bisa dikaji. Dari ide-ide untuk bisa menulis sampai dengan ide itu dituangkan dalam sebuah buku. Jadi termotivasi menulis lagi, karena lama nggak nulis status di fb, karena banyak DL naskah antologi yang harus ditepati... #ngeles.

Ketemu sesama akademisi serasa saya banyak teman yang senasib seperjuangan. Apalagi denger cerita-cerita mereka saat kuliah S3 dengan berbagai suka dukanya. Ngeri-ngeri sedap. Ada yang bilang setelah 7 tahun, alhamdulillah saya lulus S3 dengan SELAMAT. wow 7 tahun lho perjuangan meraih gelar S3. Haduh...semangat deh untuk S3. Ini semangat kedua. Secara saya lagi kuliah S3 juga, tapi yakin skenario Allah indah pada waktunya.

Semangat menjadi insan pembelajaran yang ingin bermanfaat untuk sesama, muncul kembali. Dosen itu sebenarnya bauanyakkkkkk modal ide yang bisa dijadikan tulisan terutama buku. Kita telusuri yaa. Jika setiap pertemuan kita mengajar ada 10-15 slide pembelajaran, dan ada 14 kali pertemuan berarti kita punya 140- 210 modal tulisan atau materi yang bisa dikembangkan jadi buku. Wow...kan. Tapi... Males nih untuk mengembangkannya. Nih ada caranya juga hehehe...mau dicontek ahh, kalau lagi males. Aha...

Meminta mahasiswa untuk merekam selama kita kuliah per pertemuan. Omongan kita di depan kelas itu modal untuk mengembangkan slide dan modal untuk dijadikan tulisan.

Kalau masih belum nemu juga mood booster untuk menulis. Memberikan tugas kepada mahasiswa untuk mengembangkan slide pembelajaran kepada beberapa mahasiswa dengan slide yang berbeda. Lhoo yok opo kalau bilang dosen memberdayakan mahasiswa. Lha kan kalau selama itu bermanfaat kedua belah pihak sah too. Mahasiswa tambah pinter menulis, dosen mahir menjadi editor dan sering membaca hasil pengembangan ide mahasiswa. Dosen tambah ilmu juga untuk menulis. Saling bersinergi kan?

Banyak kan cara dosen untuk bisa punya karya salah satunya buku. Nggak ada alasan lain deh. Terus kalau udah punya buku kan mengajar dengan buku hasil karya sendiri makin hebat disebut dosen "beneran", dosen bermanfaat dan berkarya.

Dari hasil membuat buku jangan langsung ditumpuk aja bukunya dan diajukan untuk kenaikan pangkat saja. Tapi harus bisa DIJUAL juga. Dimana jualnya? Yaa sama mahasiswa to? Lho kan modal dosen menjadi penulis sekaligus dosenprenuer bisa to. Sudah menulis buku untuk pembelajaran, diterbitkan dan dijual ke mahasiswa, bisa juga dapat insentif buku ajar atau referensi dr kemenristek.  lha opo kurange dosen coba. Uenakkk to...

Dosen itu kan pengajar dan ilmuwan profesional. Harus bisa mengajar dalam hal ini menstransferkan atau mentrsformasikan ilmu yang diterima dan atau hasil pengembangan dari penelitian dan disampaikan kepada mahasiswa. Ilmuwan itu diharapkan bisa menjadi peneliti dan bisa mempublikasikan hasil penelitian di jurnal-jurnal ilmiah. Kemudian mengabdi kepada masyarakat sebagai wujud untuk  kebermanfaatan kepada semua orang. Berkarya dengan menghasilkan suatu bentuk sesuatu baik ide atau teknologi yang bisa dimanfaatkan masyarakat inilah yang bisa menjadikan kita sebagai dosen berkarya dan bermanfaat dan bisa mendapatkan "penghasilan" dari karya tersebut.

Jika sudah mahir dalam satu bidang transfer ilmunya tidak hanya ke mahasiswa di kampus saja, tapi bisa di kampus orang lain juga dan masih banyak audience yang bisa menerima ilmu kita. Jadinya dosenprenuer kan. Banyak jalan menuju kebermanfaatan sebagai dosen berkarya.

Kalau baru mengajar saja yaa disebut PENGAJAR belum dosen yaa.
Jadi gampang kan jadi dosenpreneur dari karya kita sebagai dosen dan tidak jauh lepas dari tugas dan fungsi dari dosen itu sendiri.

Selamat hari Minggu.
Pagi hari dikota Malang


DIAN IKA,  Penulis adalah dosen di Poltek Karawang

Comments