KABAR: AMUNISI BARU PELESTARIAN BUDAYA KALIMANTAN UTARA




AMUNISI BARU PELESTARIAN BUDAYA KALIMANTAN UTARA

 

TARAKAN (12/08). Budayawan Muda Kalimantan Utara, Muhammad Arbain, bersyukur banyak pihak tertarik terhadap kebudayaan asli Kalimantan Utara. Penulis "Buku Pintar Kebudayaan Tidung" tersebut mengapresiasi semua pihak yang turut serta menyemarakkan kajian khazanah kebudayaan Kalimantan Utara. Bagi Arbain, perhatian banyak pihak tersebut dianggap sebagai amunisi baru yang menambah semangat masyarakat asli Kalimantan Utara untuk berpikir dan bertindak. Khususnya lagi amunisi itu bermanfaat bagi kaum muda asal Kalimantan Utara.

(Profesor Antonia Sorente, peneliti budaya dayak dari Italia. 
Sumber: akun fb Antonia)

"Alhamdulillah, gerakan melestarikan budaya seakan mendapatkan amunisi baru dari teman-teman pecinta dan penggiat budaya. Semoga budaya Kaltara bisa sama-sama kita teliti dan tuliskan. Untuk mengangkat harkat dan martabat budaya daerah di mata dunia. Khususnya sejarah dan budaya Suku Tidung dan Bulungan. Thanks teman-teman atas supportnya untuk peduli akan budaya kita yang ada di Kaltara," ujar Arbain melalui akun facebooknya. 


(Mika Okushima, peneliti budaya Tidung dari Jepang. 
sumber: akun fb Mika)
 
Akhir-akhir ini, memang banyak pihak tertarik terhadap sejarah perkembangan kebudayaan asal Kalimantan Utara, atau di masa lalu lebih dikenal sebagai North Borneo, yakni Bulungan, Tidung dan Dayak. Sebut saja misalnya Nathan (peneliti budaya Tidung dari Australia), Mika Okushima (peneliti budaya Tidung dari Jepang) dan Antonia Sorente (peneliti budaya Dayak dari Italia). Bahkan, Rektor Universitas Borneo Tarakan (UBT) saat menemui Profesor Antonio Sorente, menyambut baik apresiasi para peneliti asing terhadap kebudayaan Kalimantan Utara. "UBT senang dan tertarik untuk menjalin kerjasama kebudayaan dengan universitas yang memiliki ketertarikan yang sama terhadap kajian kebudayaan Kalimantan," ujar Profesor Adri Patton, rektor UBT. 





(Rektor UBT, Profesor Adri Patton, sedang berdiskusi serius dengan Profesor Antonia dari Universitas Napoli Italia. Sumber: dokumentasi pribadi)
 

Pengamat budaya Kalimantan Utara, Muhammad Thobroni berpendapat, perkembangan kajian kebudayaan Kalimantan menunjukkan gejala yang menarik. "Banyak mahasiswa sekarang meneliti kebudayaan Kalimantan, khususnya mahasiswa yang berasal dari Kalimantan Utara ini. Baik budaya Dayak, Tidung maupun Bulungan. Ini menarik sebab, semakin banyak orang meneliti kebudayaan Kalimantan, maka akan tersedia banyak referensi akademik yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan teoritis maupun kebutuhan praktis pembangunan dan kehidupan masyarakat dewasa ini," ujar Thobroni. Thobroni juga menyampaikan bahwa dosen UBT pun telah melakukan penelitian kebudayaan Kalimantan, khususnya kebudayaan Kalimantan Utara, meski masih sangat terbatas. 
Selain itu, penelitian tidak hanya dilakukan terhadap kebudayaan asal Kalimantan. "Karena sekarang banyak kebudayaan daerah di Indonesia yang hidup di Kalimantan Utara. Seperti Jawa, Bugis, Toraja, Banjar, Batak, Sunda, dan sebagainya. Banyak mahasiswa meneliti kebudayaan tersebut. Ini menarik, apakah kebudayaan daerah dari luar Kalimantan tersebut dapat berdialog dan melakukan proses adaptasi dan akulturasi dengan kebudayaan asal Kalimantan. Harapannya, proses akulturasi dan asimilasi antar budaya tersebut semakin memperkaya kebudayaan Indonesia menghadapi globalisasi yang makin keras. Terutama adalah manfaatnya untuk menjalani kehidupan sehari-hari, baik di bidang ekonomi, politik maupun sosial budaya yang luas," jelas Thobroni. (ambau.id)

Comments

  1. Super Sekali penjelasannya, lugas, energik, dan menarik....boombastis....

    ReplyDelete

Post a Comment