PUISI HENY APRIANI


BURUH PANGGUL


Melangkah menggapai mimpi
Berharap mimpi itu kan terpenuhi
Melangkah dengan doa dan ridho ilahi
Berharap seraup nasi akan kau dapati

Tak perduli derai keringat melewati pelipis matamu

Tak perduli seberapa kusamnya kau saat itu

Tak perduli tenggorokan dan
perut yang mulai meronta akan haus dan lapar

Di benakmu hanya bagaimana dengan keluargamu



Warna rambutmu menandakan usia diri

Hembusan nafas yang terengah pun tak lagi berarti

Tergopoh memikul beban di bahumu yang beratnya sukar diluahkan

Bahkan terik dan hujan juga turut menjadi saksi kerasnya kehidupan



Beban, beban, dan beban

Apakah beban itu akan terus berteman baik denganmu?

Comments