KABAR: TRADISIONALITAS, MODERNITAS DAN REMAJA MASA KINI DALAM FILM "HUMPILA HUMPIMPA"

KABAR: TRADISIONALITAS, MODERNITAS DAN REMAJA MASA KINI DALAM FILM "HUMPILA HUMPIMPA"




TRADISIONALITAS, MODERNITAS DAN REMAJA MASA KINI DALAM FILM "HUMPILA HUMPIMPA"


Warisan leluhur nenek moyang dirasakan kian luntur dan tergerus zaman. Semakin banyak generasi muda yang melupakan warisan pekerti dalam budaya masa lalu. Justeru, sebagian generasi muda dianggap lebih tergoda dan asyik dengan budaya modern, khususnya produk teknologi seperti gadget. Keprihatinan itu juga dirasakan oleh komunitas sineas muda kota Tarakan yang bergabung dalam Arul Camp, sehingga mereka memproduksi film remaja berjudul "Humpila Humpimpa" yang telah dirilis beberapa waktu lalu. 


Tarik-ulur antara masa lalu dan masa kini, yang tradisional dan modern dalam film "Humpila Humpimpa", diperbincangkan oleh Komunitas Jendela Nusantara (KJN) Remaja (Minggu, 2/17). KJN Remaja merupakan Divisi KJN, sebuah komunitas literasi di Kalimantan Utara. Berbeda dengan KJN senior yang bergerak dalam inisiasi pembelajaran kreatif ke masyarakat dan sekolah, termasuk sekolah daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T), KJN Remaja bergerak dalam persoalan keremajaan, seperti kajian film remaja, menulis puisi dan cerita remaja, membuat film remaja, diskusi terbatas tentang kesehatan reproduksi, teknologi, pendidikan, sosial-budaya, dan sebagainya dalam ruang lingkup literasi. KJN Remaja sendiri beranggotakan siswa-siswi dari berbagai sekolah di Kota Tarakan, dan akan dikembangkan hingga di luar Tarakan.
Dalam bedah film "Humpila-Humpimpa" para peserta antuasias mengapreasi cerita dalam film tersebut. "Filmnya lucu dan mengajarkan kita untuk tidak berbohong kepada ibu," ujar seorang peserta dari SMA 2. Sementara itu, peserta dari SMA 1 menyatakan bahwa film tersebut berpesan agar kita tidak asyik dengan gadget, bahkan melupakan lingkungan sekitar. "Masih banyak hal menyenangkan di sekitar kita yang dapat kita gali dan nikmati sebagai remaja berkualitas. Berpikir dan bertindak positif," ungkapnya berpendapat.
Bertindak sebagai nara sumber bedah film adalah M. Thobroni, dosen UBT yang juga Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Kalimantan Utara, dan salah satu pembina KJN. Nara sumber mengingatkan bahwa zaman terus berubah, dan banyak faktor menyebabkan orang, termasuk generasi muda tidak memiliki pilihan selain mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang sedang berkembang pesat. "Anak-anak yang tumbuh berkembang di lingkungan tanpa lapangan dan ruang publik yang cukup bermain kelompok, di manakah mereka dapat bermain bersama teman selingkungan? Akhirnya mereka lari dan asyik dengan gadget yang lebih menarik. Ini butuh kepedulian orang tua, sehingga tidak selalu menyalahkan remaja," ujar nara sumber.


Selesai kegiatan apresiasi film, peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk melakukan proses pembuatan film pendek. Dengan didampingi seorang senior KJN, tiap kelompok berkumpul dan berdiskusi mencari ide pembuatan film. Setelah itu mereka membincang alur, tokoh dan rencana ambil gambar film secara umum. "Diusahakan sebelum mereka masuk sekolah, proses ambil gambar sudah selesai," Ujar Ridho, penanggung jawab dan pendamping KJN Remaja. Ridho menyampaikan bahwa proses finishing dan publikasi film garapan KJN remaja akan dilakukan bersama Arul Camp dan HISKI Kalimantan Utara. 
Sementara itu, Rahmadina, Koordinator KJN menyatakan bahwa ke depan akan dilakukan rekrutmen kembali anggota KJN untuk menambah variasi gerakan literasi di kalangan remaja. "Banyak yang antusias untuk bergabung dan bergiat di kegiatan literasi ini. Ya semoga saja ini dapat membantu pemerintah untuk mengatasi sebagian masalah remaja sekarang ini. Setidaknya remaja memiliki pilihan lain untuk berkegiatan selain sekolah," ujar Rahmadina. **(ambau.id)



Comments