SAJAK-SAJAK ANDI FAUZIAH LATIEF, TARAKAN: BEGINI, TERIMA KASIH
Begini, Terima Kasih
Terima kasih
untuk tidak berjanji.
Terima kasih untuk kembali.
Maka apapun
yang terjadi nanti,
aku pasrah
diri.
Terima kasih
untuk sebuah kejujuran dari nurani.
Terima kasih
untuk penegasannya ribuan kali.
Perih tapi
realistis sekali.
Meski sulit
melupakan,
karena hati
terlanjur terlalu terlena ke dalam,
lagi dan
lagi.
Terima kasih
untuk tak mengakui.
Karena dari
sini, aku belajar tetap kuat sendiri.
Dan aku,
masih tetap akan bertahan, di sini.
Terima kasih
untuk percandaan dengan mereka yang berkali-kali.
Meski di
sini seperti tersayat dan terasa menyakiti.
Dan...itu
sering kali kulalui.
Jika untuk
menguji, kuyakinkan diri,
semua bisa
kulewati.
Hanya, ingat
ini, nanti ketika aku sudah tidak bernafsu lagi,
aku yang
akan lebih dulu pergi.
Kita, tidak
selayakanya sedang berkasih.
Ini begitu
rumit.
Lebih rumit
dari sekadar mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Lebih sulit
membuat semua memahami.
Kepada
setiap mereka yang bertanya dan selalu mengamini.
Maka,
cukuplah aku di sini begini.
Tetap dalam
keadaanku seperti ini.
Seperti
menanti tetapi tidak menanti.
Seperti
sendiri tapi semuanya masih di hati.
Aku terlalu
mengerti, begitu mengerti.
Maka tenang
saja kini.
Hubungan
kita ini, biarlah begini.
Sampai waktu
memberi sebuah keputusannya nanti.
Akankah
berhenti atau akan terus begini.
Tenang
sekali lagi.
Aku terbiasa
begini.
Sampai
nanti. Sampai hati menjadi mati.
Baru aku
putuskan pergi.
Terhadap
waktu, aku akan bersabar, meski tetap begini.
Kecewa?
Tentu saja,
sejak dulu
sampai kini.
Tapi aku
berusaha berbesar hati.
Aku terbiasa
begini.
Sekali lagi
terima kasih sudah begini.
+++++
sebuah sajak-sajak patah hati yang terus
menanti 'mati diri' ini hanya sekadar coretan hidup yang yang ingin diabadikan
penulis lewat sebuah karya puisi yang bukan untuk apa-apa dan untuk siapa-siapa.
Comments
Post a Comment