CINTA PENDEK
Oleh Wulan Sari
Pertama kulekatkan pandanganku diwajahnya, yang
tergambar disana adalah bagaimana laki-laki itu terlahir sempurna untuk ukuran
laki-laki yang pernah kutemui sebelumnya. Mata bulatnya yang mengarah tajam,
hidungnya yang panjang, nafasnya menarik-ulur merdu, bibirnya yang ranum,
lehernya yang kokoh, pula segala tubuhnya mengatakan keterpesonaan. Ada mata
air yang mengalir didalamnya kala kuterpukau disana, hanyutkan diri dalam
hasrat kesejukan.
Pertama kali aku lupa diri! Pertama kali untuk kukatakan
sebagai hal pertama dari segala kelelakiannya yang menyita kendali pikiranku.
Aku mengayunkan angan menjelajah gumpalan awan hingga menembusnya menuju
taman-taman buaian. Sungguh miris, kutemui diriku sendiri memagut senyum malu
didepan cermin.
Bolak-balik kuamati gelas kaca dimatanya yang menyerupai
bongkah berlian. Ada yang ingin ku kunjungi disana. Ingin kutemukan dan
kuperoleh untuk kumiliki. Ada hasrat lain yang datang menarik paksa realitas
untuk terkubur dalam-dalam. Bahwa ini bukan tentang apa yang kulihat, bukan
tentang apa yang kurasakan. Apa saja hanya untuk suguhkan kalimat pendek
pemutus segala gejala. Ini sudah tidak waras!
Suatu malam, kala hujan pertama meredup dibulan Maret.
Ada keganjilan diantara langit dan bumi. Saat yang agak aneh itu, dia datang
membawa mutiara lain dimatanya. Ia membawa tangan lain ditangannya, membawa
langkah lain dikakinya. Membawa tubuh lain!
Buru-buru aku berlari membawa endapan tangis di dada.
Tak ingin pecah dihadapan-nya. Biar saja tangan itu tetap ditangannya, biar
saja langkah itu tetap dikakinya. Biar saja segalanya berjalan begitu. Tak
perlu ada yang berubah hanya karena aku mengetahuinya. Agar dunia membiarkan
pula apa yang telah menyayat ini untukku saja. Aku akan menjadi orang lain
untuk menganggap segalanya tak apa-apa.
Aku telah memalingkan wajah menjauh ketia ia menoleh
menatap punggungku diantara lahapan hujan terakhir dibulan ini.
+++++
Wulan Sari merupakan sastrawan perempuan muda kelahiran Bulungan, 16 Maret 1994. Ia meluluskan S1 PBSI FKIP Universitas Borneo Tarakan dan telah menulis beberapa cerita pendek dan puisi. Sekarang tinggal di Tanjung Palas, Bulungan, Ibukota provinsi Kalimantan Utara.untuk diskusi bisa via email
Comments
Post a Comment