MAHWI AIR TAWAR
*Puisi Seketika*
Pada sebuah puisi aku berhenti
Pintu-pintu terbuka, juga jendela
Pahit robusta gayo kusesap
Di bingkai lukisan kompeni
Nikmati pahit robusta, jelata. Teriak sang kompeni
Pada sebuah puisi kubayangkan diri bersma sang Umar
Di kedai banda, menyesap merah perjuangan
Dalam secangkir kopi saring benang harapan.
Nikmati arabika laknat, Tuan Tengik!
Kelak kau asam lambungmu
Kan kusingsingkan di lengan kemenangan kami, Aceh!
Comments
Post a Comment