KESABARAN SEBAGAI MORALITAS CERPEN "GUS MUS"




Oleh Heny Apriani - Tarakan,  Kalimantan Utara

KESABARAN SEBAGAI MORALITAS CERPEN "GUS MUS"


        Gus Mus merupakan salah satu cerpen milik Muhammad Thobroni yang termuat dalam kumpulan cerita pendeknya Ustadz Misterius yang diterbitkan oleh Agung Mulia pada tahun 2018 dengan tebal buku 112 halaman. Cerpen ini tentunya sangat menarik bagi kalangan mahasiswa, dengan gaya ceritanya yang lugas dan sederhana dengan persoalan yang diangkat oleh penulis seolah-olah menggambarkan sesuatu yang mungkin atau bahkan terjadi pada mahasiswa dari perguruan tinggi manapun. Dengan mengangkat aliran realisme terhadap karyanya, pembaca khususnya mahasiswa dapat masuk ke dalam cerita dan seakan mengalami secara nyata.
        Tema yang diangkat penulis dalam cerpen Gus Mus adalah percintaan yang cukup sederhana antara pemuda yang akrab disapa Gus Mus dengan mahasiswa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta yang bernama Nisa. Terkait dengan persoalan kehidupan saat ini, percintaan memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata, sehingga cerpen bertemakan percintaan kerap kali diangkat dalam sebuah karya sastra dan mungkin sudah dianggap biasa. Namun, penulis berhasil membuat tema ini menjadi berbeda seperti cerita pada umumnya yang kebanyakan mengangkat konflik ataupun kisah percintaan anak muda yang kental terasa dalam isi cerita.
        Dalam cerpen ini, penulis menggambarkan tokoh utama Gus Mus dengan cukup menarik melalui pemaparan sosok Gus Mus yang dituangkan dalam cerpen tersebut. Misalnya pada kutipan berikut:
“Rambutnya yang panjang tergerai mengingatkan orang pada sosok Wiro Sableng, pendekar kapak sakti 212. Matanya tajam menyadarkan orang pada tokoh detektif konan, tokoh cerdas pada film kartun anak-anak yang diputar oleh sebuah tv swasta. Sosoknya yang angker hampir-hampir menutup kelembutan hati dan santunnya terhadap orang tua.”
        Penulis walaupun tidak secara langsung menggambarkan watak Gus Mus, tetapi apa yang ia tuliskan bisa langsung tergambar di kepala pembaca bahwa Gus Mus memiliki watak garang dan terkesan berandal bagi yang belum mengenalnya.
        Latar yang dibuat oleh penulis pada cerpen ini adalah latar yang mapan dengan penggambaran secara detail suasana Kampung Sogan tersebut, dapat dibuktikan dengan kutipan berikut:
“Tentang lapangan volley di ujung kampung, tentang beningnya aliran Kali Serang, tentang daun kelapa yang melambai-lambai, tentang bocah-bocah yang setiap sore belajar di balai dukuh, dan mengaji di mushola malam harinya, serta ibu-ibu dan bapak-bapak yang semangat untuk terus memperbaiki hidup mereka.”
        Alur yang digunakan dalam cerpen Gus Mus adalah alur maju. Penulis menyajikan jalan cerita yang dimulai dari tahap perkenalan menuju tahap penyelesaian yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat hingga menjadikannya sebuah cerita yang utuh.
       Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga, yakni kata rujukan yang digunakan adalah nama tokoh (Gus Mus). Kata ganti ini digunakan penulis untuk menceritakan tokoh utama dalam sebuah cerita. Sudut pandang ini tentu saja menyumbang kekuatan cerita dengan teknik bercerita yang akan membuat rasa yang berbeda pada alur dan cara penyampaian cerita sehingga dapat tersampaikan dengan baik pada pembaca.
        Pesan moral yang dapat dipetik ialah jangan melihat seseorang dari fisiknya saja. Seperti tokoh Gus Mus, meski dia terlihat berandal, namun terdapat sisi baik dari kedewasaannya yang akan tampak jika kita sudah mengenal lebih dalam sosok tersebut.

#KaltaraMembaca
#KaltaraMenulis
#KaltaraBersastra

Comments