Judul : Bukan Hartaku Tapi Anakku
Nama Pengarang : Idrus
Penerbit : Guepedia
Tahun Terbit : 2016
Nomor ISBN : 978-602-648-139-9
Tebal Halaman : 161 Halaman
Bukan Hartaku Tapi Anakku merupakan cerpen yang menceritakan tentang kepiluan sebuah rumah tangga. Seorang Istri yang bekerja di salah satu kantor sehingga jarang di rumah dan dituntut bekerja professional, tak jarang dia harus pulang larut malam dan hal ini memicu terjadinya konflik dengan sang Suami. Pertanyaan yang seolah mengintimidasi istrinya entah karna cemburu atau perasaan cinta telah pudar.
Sang Istri pun rela resign dari pekerjaannya, dan menjadi seorang ibu rumah tangga. Namun sikap egois Suami tak kunjung usai. Hingga 3 bulan kemudian Istri pun meminta cerai, karna tidak tahan dengan sikap dan perlakuan suaminya. Keputusan yang cukup berat, karena mereka memiliki satu anak yang masih balita. Suami menyetujui untuk bercerai, namun dengan syarat jika hak asuh anak di tangan istri maka suami akan mendapatkan harta/rumah yang selama ini mereka tempati dan sebaliknya.
Dengan tegas sang Istri memilih hak asuh anak, meskipun dia tidak tahu apakah dia bisa merawat anaknya atau tidak. Dia tetap teguh pada pendiriannya bahwa hartanya adalah buah hati tercinta. 2 bulan kemudian dia mendapatkan kerjaan di accounting, walaupun tidak besar tetapi ia bahagia dengan hidup barunya. Dia juga mengikhlaskan segala hal yang terjadi dan mendapatkan pelajaran yang berharga dari rumah tangga yang dibinanya dahulu.
Saya meresensi buku cerpen ini dari halaman 21-23. Novel ini memiliki alur maju dan memiliki bahasa yang mudah dipahami. Latar tempatnya antara lain, di luar rumah, di dalam rumah dan di kantor. Tokohnya yaitu Suami, Istri dan Anak umur 5 tahun. Adapun perwatakan Suami adalah egois dan tidak pengertian sedangkan Istri memiliki watak yang penyabar dan pekerja keras. Serta sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama.
Nilai moral yang terdapat adalah harta yang paling berharga adalah anak bukan harga yang dapat di ukur oleh materi. Sedangkan nilai sosialnya yaitu jangan pernah berprasangka buruk tanpa memiliki bukti yang kuat. Serta nilai budaya pada cerpen diatas keegoisan kepala keluarga tanpa memikirkan psikis anak ke depannya.
Kelebihan dalam cerpen ini adalah condong ke arah moral dan keikhlasan dalam menjalani cobaan yang datang. Selain itu, juga memiliki bahasa dan alur yang mudah di pahami pembaca. Adapun kekurangan dalam cerpen ini adalah kurangnya watak anak dan tidak adanya nama dari tokoh yang di perankan.
Ketika menjalani hidup, kita terus berjalan menuju hal yang baik. Ketika Allah telah menentukan takdir untuk kita, itu adalah keputusan yang terbaik. Dan selalu ada pelajaran hidup yang berharga dari setiap cobaan atau ujian.
CICI WINDA PARAMIDA, TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Comments
Post a Comment