Judul novel : Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1990
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : pastel books
Tahun terbit : 2014
Tebal halaman : 333 halaman
Genre : Romance
ISBN :978-602-7870-41-3
Novel ini mengisahkan tentang percintaan dua orang remaja di masa SMA. Dilan si anak brandalan yang terkenal nakal, dia adalah anggota geng motor di Bandung, julukannya adalah Panglima Tempur, bisa kalian bayangkan bagaimana gayanya yang urak-urakan,suka melawan guru, bukan melawan dalam artian kurang ajar ya, melawan guru-guru yang menurutnya salah. Sebenarnya karakter Dilan dalam novel ini cukup baik, ia menghormati orang yang lebih tua dan hanya bersikap kasar pada orang-orang yang kasar juga, malahan bisa dibilang dia itu anak yang baik hanya saja ia suka memberontak, memberontak orang yang dianggapnya salah dan dengan cara yang salah. Itulah sebabnya julukan anak brandal melekat padanya.dan satu lagi tokoh utama dalam novel yaitu Milea Adnan Hussain, biasa dipanggil Lia. Milea Adnan Hussain adalah murid baru pindahan dari Jakarta, ia pindah ke Bandung karena ikut ayahnya bertugas di Bandung, pada awal masuk ke SMA di bandung ia cukup terkenal di kalangan murid-muridnya, apalagi dikalangan para lelaki, tentu saja karena wajahnya yang cantik dan gayanya yang modern membuatnya banyak disukai kaum Adam termasuk juga Dilan, yang memang tipe ideallnya adalah cewek cantik. Dari situlah kisaah cinta keduanya dimulai,dengan dibubuhi kisah-kisah cinta remaja yang manis ala-ala anak muda zaman dulu.
Awal masuk sekolah baru Milea Adnan Hussain lalui dengan baik, ia bertemu dengan dengan banyak teman-teman baru dan ada satu anak laki-laki yang berandalan,suka berpakaian lusuh dengan rambut acak-acakan dan kalau ke sekolah sukanya Cuma satu buku tanpa pulpen, “pupennya nanti beli ditoko” katanya. Pagi itu saat pulang sekolah ia disamperin cowok dengan motor CB-100 yang bilang akan meramalnya, tak ia hiraukan karna menurutnya hanya anak nakal yang suka mengganggu cewek-cewek sekolah. Beberapaa hari berlalu ia terus bertemu dengan laki-laki tersebut, dan baru diketahui namanya adalah Dilan, anak kelas 2 Fisika 1. Hari-hari berikutnya ia terus bertemu dengan Dilan,dengan berbagai kekonyolan dan keromantisan yang Dilan ciptakan,mampu membuat Seorang Milea Adnan Hussain gadis yang lumayan tak perdulian jatuh cinta dengannya. Sifat Dilan yang konyol dan perdulian membuat Milea merasa nyaman jika berada dekat dengan Dilan, setiap hari ada saja hal-hal konyol bercampur romantis yang Dilan lakukan untuk membuat Milea tertawa dan bahagia. Ia selalu melindungi Milea dimapun mereka berada,hal itu membuat Milea merasa dilindugi,merasa aman,dan merasa dibutuhkan. Ia tak pernah bosan ketika setiap malam harus mengobrol dengan Dilan lewat telepon setiap waktu, hubungan mereka semakin dekat dari waktu ke waktu.
Canda tawa selalu hadir dalam keseharian mereka, suara tawa Milea seakan menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Dilan begitupun sebaliknya, hari demi hari waktu demi waktu mereka lalui dengan berdua, dengan tingkah Dilan yang terkesan sembarangan dan blak-blakan kalo ngomong membuat Milea merasa kalau Dilan itu berbeda dengan orang-orang lainnya, caranya mendekati Milea, caranya membuat Milea tertawa, caranya berbicara dengan Milea, puisi-puisi yang ia kirimkan ke Milea, tingkahnya yang kadang-kadang suka ngelantur, membuat Milea merasa istimewa, membuatnya merasa seakan-akan hanya dia Wanita di dunia ini karna terus diperlakukan baik dengan Dilan, “anti Mainstream” katanya. Seperti yang pernah Dilan lakukan, sperti mengirim coklat lewat tukang koran,tukang listrik sampai tukang sayur juga pernah, memberikan Milea kado berupa buku TTS(Tebak-Tebakan Silang) yang sudah diisinya sendiri karna ia tak mau Milea pusing karna harus memikirkan untuk mengisinya, dengan hal-hal kecil seperti itu mampu membuat seorang Milea Adnan Hussain luluh, dengan cara yang konyol, tak terlalu mewah, cukup sederhana namun berarti. Milea bahagia,dengan hal-hal kecil,dengan kado-kado kecil, dengan kata-kata khas orang ngelanturnya, atau puisi-puisi yang Dilan buat dengan tangan sendiri. Ia benar-benar berhasil membuat Milea merasa sangat Spesial jika dekat dengan Dilan. Hal-hal itu terus terjadi sampai akhirnya mereka resmi menjadi sepasang kekasih yang sudah dinyatakan dalam selembar kertas dengan materai yang sudah ditanda tangani keduanya. Kisah tersebut terus berlanjut sampai pada novel ke dua dengan judul yang sama namun berbeda tahun, DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991.
Novel ini dibagi dalam beberapa buku, buku pertama berjudul DILAN,DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990 yang menceritakan tentang masa perkenalan,pendekatan antara Milea Adnan Hussain dengan Dilan. Pada buku kedua yang berjudul sama hanya beda tahun DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991 menceritakan tentang masa-masa pacaran antara Dilan dan Milea. Dab buku ketiga dengan judul MILEA,SUARA DARI DILAN menceritakan tentang suara hati Dilan tentang hubungannya atau masalalunya dengan Milea, namun dalam resensi kali ini saya hanya akan membahas tentang buku pertamanya yaitu DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990. Novel-novel yang keluar berikutnya adalah kenajutan dari novel pertama, kisah ini diambil dari kisah nyata yang terjadi di Bandung pada tahun 1990. Dan diceritakan langsung oleh pihak perempuan Milea Adnan Hussain yang ditulis oleh seorang penulis terkenal Pidi Baiq, yang kiemudian di filmkan.
KELEBIHAN novel ini adalah, dalam novel ini mengajarkan pada kita bahwa mencintai tak harus dengan hal-hal yang mewah, mencintai dengan hal-hal yang sederhana juga bisa menumbuhkan kebahagiaan, termasuk tentang rasa hormat, bagaimana Dilan yang seorang anak terkenal brandalan masih mempunyai rasa hormat kepada orang yang lebih tua, hal yang hampir hilang dalam ,masa sekarang. Atau tentang kasih sayang dan membuktikan kalau mencintai itu melindungi sebagaimana Dilan yang selalu melindungi Milea bukan merusak. Dan beberapa hal lainnya, seperti memberontak ketidak adilan,siapapun dia.
KEKURANGAN novel ini adalah, banyak menulis adegan-adegan kekerasannya, bagaimana Dilan yang dengan melindungi temannya rela mengorbankan pendidikannya, atau saat ia marah karna temannya menampar Milea ia langsung menghajar temannya, hal itu tentu tidak akan pantas kalau dibaca oleh anak yang belum cukup umur, dan juga kisah-kisah tentang Dilan yang suka tawuran antar pelajar demi sebuah harga diri yang tak mau diinjak-injak. Kadang juga menampilkan cerita tentang perkelahian antara anak-anak muda dan ada kata-kata yang tak pantas dalam novelnya tentu tak aman jika anak-anak yang membacanya tentunya juga tak pantas.
SARAN saya novel ini harus ada batasan umurnya, misalkan untuk remaja atau dewasa, karna novel ini mengandung kata-kata yang sedikit tak pantas untuk dibaca anak-anak, sedangkan anak-anak jaman sekarang lebih suka mengikuti trend, novel ini kan lagi ngetrend sekarang, takutnya kalau ada anak-anak yang membacanya mereka akan mengikuti tingkah laku tokoh atau kata-kata tak pantas didalamnya,Terimakasih.
Cholifah Isnaeni, Bulungan, kalimantan Utara
Comments
Post a Comment