SUKMA TERLENA: PUISI HAMIDAH UMMU ALWAN, SAMARINDA




Bulir keangkuhan menggetarkan sukma terlena. Memanas melewati setiap lorong nadi. hingga kulit ariku panas hangus terbakar. Berubah menjadi debu-debu kelabu. Jejas ganas

Hilang lenyap tak berbekas
walau hanya semilir angin. Tak satupun jejak nampak dipeĺupuk. Pada bibir yang terkatup. Hanya sekelumit penyesalan tersisa.

Bulir kedengkian menjeru
Memenuhi hati tak berkasih
Sukma terlena lelap dalam kegelapan. Kelam tanpa cahaya putih. Redup

Kutak pernah peduli akan seruan adzan-Mu
Bagai kupu-kupu cantik lupa akan asalnya
Keindahan fatamorgana mencuri hatiku
Membuatku lengah bergelimang noda dan dosa

Rabb...
Aku bagai musafir kehilangan arah
hilang ditengah padang pasir tandus
Lirih angin panas hingga menyentuh ubun-ubun menuju jari-jari kakiku. Berat.

Wahai Sang Penguasa hati
Kuhaturkan doa tulus pada-Mu
Diriku adalah
Sukma penuh keangkuhan
Sukma penuh kedengkian
Sukma yang lalai akan seruan-Mu


Rabb ...
Kuingin membersihkan penyakit hatiku berdegup di dada. Bagai Beliung menggulung relung. Ku tak kuasa. Bersemayam lama menentang

Wahai pemilik bulan suci
sucikanlah hatiku
Bersihkan dosa-dosaku
Seputih mega bersih tak bernoda

Rabb
Kuatkan azzamku
Raih jemariku
Bersihkan aku
Sucikan hatiku
Agar sukma terlena ini
Fitrah saat bertemu syawal-Mu



Hamidah Ummu Alwan
Samarinda, 31 Mei 2018


Ilustrasi wikipedia/ yuk klik iklannya

Comments