ada banyak jalan pilihan
menuju musim hujan yang
membikin aku menunggu di tepian jendela
atau menembusnya dengan payung
atau ke dataran musim kemarau
di mana aku dan debu samalah diterbangkan
oleh angin dan ketidakberdayaan
dahaga kasihsayang tak terbilang
atau menuju jalan hatimu yang
hakim agung dari hari kemarin tibatiba bisa
mengetokkan palu bahwa
aku harus disalibkan seperti isa
tetapi aku memilih jalan musim di luar musim
tidak semua kebenaran diungkapkan bahasa yang
pasti aku tidak takut kepada bayang-bayang
apalagi cuma dunia dan kemegahan
sekalipun terlihat di semua halaman buku
di segala persimpangan dan perjumpaan
sedari bangkubangku kuliah kau dan aku dulu
di setiap pelukan dan perpisahan: pandanglah.....
ke depan keberduaan kau aku adalah
terusmenerus perjalanan indah hati nurani
dan kau dan aku tidak akan mau berhenti menyusuri
sebuah perjalanan tanpa akhir menuju hatimu
tersebab engkaulah jalan
sekaligus tujuan itu sendiri
dari satu stasiun ini ke stasiun lain
ke balik cakrawala
yogyakarta, 3 juni 2018
* diilhami sajak yang hilang,
“Stasiun: Sebuah Pertemuan” (1989)
Comments
Post a Comment