Melihat tumbuhnya pohon,
pada dahan menjuntai gemulai,
pada pucuk mudanya
yang menjulang ke birunya langit.
sekumpulan semut berbaris rapi
menelusuri aras pohon
yang berkulit kasar.
Setiap mereka berjalan riang,
tak lupa mengucap salam jika berpapasan jalan.
Segera setelah melihat teman,
kepayahan menanggung beban,
seserahan untuk di serahkan
sebagai upeti bagi sang ratu,
yang lain turut membantu:
"ini tugas kami,
yang ditakdirkan sebagai pekerja.
Mati dan hidup kami hanya mengabdi, menimbun konsumsi agar sang ratu berseri.
Kami bukan pejantan, yang setelah bercengkerama mesra,
asyik masyuk dengan sang ratu lalu meregang nyawa sesuai karma.
Kami pekerja tanpa lelah,
mengusung logistik bagi kebahagiaan sang ratu penerus peradaban,
Kami semut pekerja,
yang tanpa pamrih dan
tiada pula menuntut balas."
Begitulah, jika suatu saat engkau
melihat pohon rimbun menjulang.
Tak ada gunanya melihat julangnya pohon, jika sakit leher yang didapat,
Sementara di bawah
ada rumput yang membentang indah,
bagai permadani, buat sembunyikan tanah lembek dan licin
karena hujan di pagi tadi.
Semua ada tempatnya,
dan semua sesuai porsinya
lalu mengapa manusia
tiada pernah belajar
dari kenyataan itu semua?
(terinspirasi dari posting sahabat)
Jambi, 070218
(ilustrasi rudy rucker/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment