SAJAK BATU: PUISI DHENOK KRISTIANTI, TANGERANG



Aku batu muntahan gunung
Menggumpal bersama hawa panas dan percik api
Menggelinding deras, tak punya pilihan di mana bakal berhenti
Meluncur tak terkendali
menerjang apa saja yang tak sanggup menghindar
Semakin padat, semakin mempat, keras dan hitam

Hingga akhirnya di sini aku,
teronggok di tengah sungai yang berair keruh
Tak ada pilihan
Juga ketika pemecah batu menaksir-naksir kerasku,
mengayunkan martil agar aku tak lagi bongkahan batu

Tak ada pilihan,
setelah ini apa aku masih batu?
Pematung mereka-reka sebagian aku :
membentuk dan menghaluskan,
membubuhkan warna-warna pelangi
Bagai bidadari aku siap berdiri anggun,
menantimu menjemput dan membawaku pergi


(ilustrasi arsip tembi.net/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments