MALINAU: PUISI MUHAMMAD THOBRONI, TARAKAN




Banjir baru saja surut. Keresahan yang pasang seharian, tumpas oleh kerinduan hampir tengah malam. Para lelaki segera minum tongkat Ali. Dan menari rayu birahi malamnya. Para perempuan mematut diri, mengupas rempah dan melembutkannya. Mengoleskannya ke pusat-pusat kerinduan dan keresehan bercampur jadi satu. Di situlah para lelaki bakal rebah satu demi satu, menetes keringatnya tetes demi tetes, jiwa dan raga mereka rebah bersama banjir yang kian surut.
Sei malinau kembali anggun. Para perempuan duduk di tangga lamin sembari bersenda gurau. Tangan mereka sibuk mengibas dan menyisir helai demi helai rambutnya yang panjang.
Para lelaki telah di bawah lamin. Memungut ranting dan dahan yang sempat timbul tenggelam. Dan kini berserak di antara masa depan dan masa silam.

2017



(ilustrasi pixabay/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments