Kebiasaan pengguna internet browsing atau klak-klik konten di mesin pencari maupun di media sosial termasuk di situs youtube dipelajari sangat baik oleh mesin yang ditanam kecerdasan buatan pemilik situs atau media sosial. Kebiasaan atau prilaku pengguna internet diubah menjadi kumpulan angka-angka yang kemudian diolah dengan algoritma agar si mesin bisa memprediksi “apa sih yang sebenarnya dibutuhkan oleh pengguna tersebut”.
+++
Sederhananya, kalau kita terbiasa dan sering menelusuri/browsing menu masakan, maka hasil pencarian kita pada browsing-browsing berikutnya akan diarahkan oleh mesin pintar ke konten-konten terkait masakan atau sejenisnya.
Demikian juga jika kita terbiasa menelusuri konten-konten ‘dewasa’, sang mesin pencari akan membantu mengarahkan hasil pencarian kita ke situs-situs dengan konten dewasa.
+++
Dari sudut pandang teknologi, mesin pintar membantu pengguna internet untuk lebih cepat dan relevan dalam melakukan penelusuran konten. Namun dalam sudut pandang sosial, ada yang perlu kita khawatirkan. Apa itu?
====
Jadi, sekalinya kita terjebak pada suatu keyakinan atau pemahaman yang salah tentang sebuah isu di internet, maka konten yang kita peroleh dari penelusuran-penelusuran berikutnya justru seringnya malah menguatkan kita bahwa apa yang kita yakini itu benar.
Kita akan terus menerus disajikan hasil penelusuran berisi konten-konten yang kebanyakan sesuai dengan pemahaman yang kita mau.
+++
Disitu algoritma mesin kecerdasan buatan secara tidak sengaja mulai menjebak pemikiran pengguna internet!
+++
Jika pemikiran atau doktrin kita sudah benar-benar terjebak, sajian konten internet yang bertolak belakang atau bertentangan dengan keyakinan kita pasti akan diabaikan atau bahkan tidak dilihat sama sekali. Kita akan terus-terusan membaca konten yang menurut kita paling dan selalu benar!
Dalam jangka panjang, jebakan algoritma tersebut membuat pengguna menjadi fanatis, sering mengabaikan fakta, permisif terhadap hal-hal yang seharusnya dilarang oleh norma, bahkan bisa bertindak melebihi kebiasaan hidup pengguna tersebut sehari-hari di dunia yang lebih nyata.
+++
Gejalanya, orang yang kesehariannya tidak pernah bicara kasar atau untuk bicara saja sungkan dan malu-malu, tapi di media sosial dia sangat berani bicara keras, bahkan mungkin sesekali lugas mencaci maki, berani melakukan persekusi atau menandai seseorang dengan stigma negatif, berpendapat ‘ngasal’ terhadap suatu ilmu yang tidak pernah dipelajarinya, atau menganggap semua yang berbeda pemahaman adalah ‘musuh’ virtual dan faktualnya.
Itu gejala otak kita ‘terjebak’ oleh cara kerja mesin pintar!
+++
Apa yang harus dilakukan?
Coba tutup dulu link-link yang biasa Anda baca, coba buka dan analisa sesering mungkin link-link bacaan yang menurut Anda salah, dan perbanyak teman di media sosial yang beda pemikiran politik atau agama dengan Anda.
+++
Lambat laun mungkin Anda akan sedikit memaklumi atau syukur-syukur memahami kenapa mereka berbeda. Di tingkat yang lebih baik, mungkin Anda akan sadar kalau selama ini apa yang anda yakini benar ternyata salah! Dan apa yang Anda yakini salah ternyata justru itu yang paling benar!
+++
Disini saya merasa beruntung karena saya bekerja di tempat dimana banyak konten bisa saya lihat, baca, amati, dan analisa dari banyak sudut pandang yang berbeda.
Terkadang saya lebih beruntung lagi karena sering menemukan benang merah kekisruhan di belantara siber ini!
+++
#CEH training dan bakwan dingin
TEGUH ARIFIYADI, penjaga dapur konten internet kementerian komunikasi dan informasi
Comments
Post a Comment