Gunung adalah simbol dari kehidupan jika kita tarik dari budaya jawa pewayangan kita bisa menjumpai gunungan atau kayon,yang ternyata sangat sarat dengan filosofis kehidupan
Jika dilihat dari wujudnya, gunungan atau kayon tidak lain meniru wujud atau bentuk dari gunung. Secara filosofis, pucuk atau puncak gunung yang tinggi dan lancip menggambarkan bahwa siapa saja yang mau berupaya untuk menggapainya, maka ia akan memperoleh kesejahteraan walaupun memang sulit untuk bisa sampai ke puncaknya.
Melihat ke puncak gunung, akan membuat kita selalu ingat kepada tujuan yang hendak dicapai. Memang tidak mudah untuk bisa sampai ke sana karena banyaknya godaan dan rintangan. Namun ketika kita telah berhasil mencapai puncak, kita akan bisa melihat apa yang ada di bawahnya dengan rasa puas karena telah berhasil melewati banyaknya rintangan yang menghadang. Kita pun akan takjub akan kebesaran Sang Pencipta.
Di dalam gunungan wayang, biasanya kita akan melihat adanya gambar pohon, burung dan ular. Hal ini menunjukan bahwa gunung dan seisinya selalu ingin dijaga kelestariannya. Gunung merupakan anugrah dari Tuhan yang tiada terkira. Tidak bisa dibayangkan bagaimana hidup manusia tanpa adanya gunung dan seisinya.
Prof. Stephen Oppenheimer, peneliti dari Universitas Oxford Inggris menyatakan bahwa pohon, burung dan ular merupakan sumber dari kehidupan. Dalam buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara (1998), Dia menulis bahwa ketika bumi masih berada di zaman es, pepohonan menjadi pusat sentral kehidupan.
Tumbuhnya pohon menandakan bahwa tanah subur. Dari pohon, manusia kemudian bisa memakan buahnya. Adanya gambar burung dan ular yang biasa ditemukan dalam gunungan, menurut pengamatan Prof Stephen, merupakan simbol akan adanya Sang Pencipta Kehidupan. Burung merupakan simbol yang menggambarkan langit dan sifat laki-laki. Sebaliknya, ular merupakan simbol yang menggambarkan wujud bumi dan memiliki sifat wanita. Jika pepohonan, burung dan ular bisa berkumpul, bumi akan subur.
Selain itu, dalam gunungan juga terdapat gambar dua buta (raksasa) yang sedang memegang gada. Siapa yang hendak naik ke atas puncak gunung, maka ia harus menghadapi dua buta yang bengis itu. Filosofinya adalah tidak dapat dipungkiri bahwa memang butuh perjuangan yang tidak mudah untuk bisa meraih dan menggapai suatu kemuliaan. Selain itu, dalam gunungan juga ada gambar berbagai macam hewan seperti macan, banteng dan kera. Kesemuanya bisa hidup berdampingan di gunung.
Kalau kita cermati lagi masih ada beberapa simbol-simbol yang ada dalam gunungan yang menarik kita mengerti yaitu
Ular atau naga diartikan sebagai lambang sejatining urip, menggambarkan betapa sulitnya jalan berliku – liku yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
Rusa yang berekor yang sering disebut komodo adalah binatang aneh yang diartikan sebagai lambang kemauan hidup yang bermacam – macam tanpa mempertimbangkan segi untung ruginya, hanya memburu kesenangan.
Ayam di atas pohon melambangkan suatu tantangan hidup yang akan datang. Waktu fajar menyingsing selalu ditandai ayam berkokok. Suatu pertanda di hari esok penuh dengan tantangan kehidupan.
Kera / monyet melambangkan ketangkasan dalam kehidupan yang belum tentu menjamin terkabulnya suatu keinginan dan merupakan binatang yang dapat menampilkan keuletan dalam menempuh kehidupan.
Banteng melambangkan watak atau pendirian yang jujur, kuat, tidak / pantang menyerah demi tujuan yang suci.
Singa / harimau adalah suatu lambang keindahan yang disertai gengsi atau kewibawaan dan juga tangguh dalam menghadapi lawannya.
Burung melambangkan suatu kesenangan dan lambang ketentuan. Suara burung di fajar menyingsing merupakan pertanda ketentuan di hari esok.
Kepala raksasa melambangkan kewaspadaan dalam menempuh jalan menuju kesempurnaan hidup. Dalam pewayangan tokoh ini ditampilkan sebagai penguasa hutan rimba. Dia adalah Batara Kala, dewa yang berkuasa atas keadaan sakit dan mati. Hutan rimba adalah tempat menempa tokoh ksatria dalam mencapai tingkat kesempurnaan hidup.
Dua raksasa bermulut lebar dan bersayap garuda yang disebut bledegan, adalah lambang penguasa empat nafsu, yaitu mutmainah, supiah, aluamah, dan amarah.
Bejana berbentuk bunga padma yang terletak di pucuk pohon, berisikan air suci. Air suci adalah air kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Bagi yang memperoleh air tersebut dapat menyucikan hidupnya dan akan sempurnalah hidupnya.
Dari uraian makna yang ada maka jelas bahwa lukisan yang ada pada gunungan mengandung makna filosofis dan mistik. Gunungan melambangkan pusat seluruh kehidupan, yang berarti lambang Ketuhanan (Tuhan YME). Sedangkan kayon adalah lambang permulaan hidup yang menjelma di dalam dan di atas kerajaan maut.
Sekarang gunung tak ubahnya menjadi studio foto dipadati oleh aktivitas manusia. Gunung menjadi tumbal manusia dalam memenuhi segala keinginannya. Pohon dan hewan menjadi korban keserakahan manusia. Tidak terhitung lagi dan entah sampai kapan semuanya menjadi korban tindakan rakus manusia. Jika sudah demikian, kita hanya bisa melihat tanpa bisa sampai ke puncak gunung.
alam mempunyai rasa saat kita mencintai alam maka alam akan membalas dengan caranya.
salam ega surya perdana
suber dari buku eden in the east,benua yang tenggelam di Asia tenggara(1998) dan wejangan dari ayah saya.heheh
EGHA SURYA PERDANA, penyair muda tarakan
Comments
Post a Comment