Langkah
melangkah menapak jurang bermandikan dosa.
Dalam
renung penuh iba.
Memuncak
rasa sesal melanda.
Tertatih
dalam jeratan kuasa janji buta.
Teringat
janji yang tak terucap benar.
Tangan
mengepal menatap dunia bersinar.
Gemerlap
dunia menatap nanar.
Haus
dusta yang tak pernah menampar.
Aku
lupa terlahir dari tubuh yang terkapar.
Ketika
itu waktu tak malam lagi.
Badanku
tegak gagah berdiri.
Tersengar
suara celoteh wanita tua yang lunglai.
Menapak
langkah semakin berani.
Malam
berdentang lisan tertawa.
Tersirat
nasihat wanita tua.
Deru
seru langkah menyembah.
Tuhan
kekal abadi nyatanya.
Waktu
tak lagi siang ketika itu aku pulang.
Lemah
terkulai dalam keranjang panjang.
Tanah
berkubang menatap menantang.
Langit
mengejang kafan mengekang.
Tersirat
nasihat wanita tua.
Angin
terlintas debu menangis jadinya.
Lisan
bersuara Tuhan tak berupa.
Manusia
tak percaya siksa menerpa.
Andai
kesempatan kedua menyapa..
Gelap
siangkan kusembah padanya.
Suara
takbir terus menggema,
Runtuhan
tanah menghujam menerpa.
Sungguh
aku merugi waktu remaja aku tiada guna.
Jerit
menggema tiada yang peduli,
Ini bukan mimpi neraka itu
abadi
Comments
Post a Comment