TARAKAN
(13/09). Pakar Literasi dari Universitas Borneo Tarakan (UBT) di Kalimantan
Utara, Dr. Muhammad Yunus Abbas, menekankan pentingnya gerakan literasi di
sekolah. Hal itu ditekankannya saat memberikan materi pembekalan kepada para
peserta Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) UBT Semester Ganjil Tahun Akademik 2017/2018 di Lantai 4 Gedung Rektorat
Baru UBT.
“Seperti
diketahui, dalam upaya mendorong penguatan pendidikan karakter, serta menumbuhkan
budi pekerti siswa, pemerintah yakni Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
telah membuat sebuah gerakan yang disebut Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Tujuan
dari gerakan ini ialah siswa memiliki budaya membaca dan menulis agar tercipta
pembalajaran sepanjang hayat atau long
life education,” ujar Doktor Yunus, yang juga menjabat Wakil Rektor II
Universitas Borneo Tarakan.
(Pakar Literasi UBT, sekaligus WR 2 UBT,
Dr. Muhamad Yunus Abbas sedang menjelaskan budaya literasi
kepada peserta PPL FKIP UBT)
Doktor
Yunus menambahkan bahwa, berdasarkan panduan yang telah dikeluarkan, pemerintah
menekankan pentingnya gerakan cinta baca sebagai bahan pembelajaran bagi warga
sekolah. “Gerakan ini bisa berjalan baik apabila ada dukungan dari semua warga
sekolah yakni guru, peserta didik, wali murid dan masyarakat,” jelas Doktor Yunus.
Budaya
literasi di sekolah merupakan bagian dari praktik pendidikan yang menjadikan
sekolah sebagai ruang pembelajaran semua warganya untuk tumbuh sebagai
pembelajar sepanjang hayat.
“GLS telah memperkuat pendidikan
karakter sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Contohnya adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran
sebelum waktu belajar dimulai,” ungkap Doktor Yunus. Seperti diketahui, kegiatan
ini dilaksanakan dengan tujuan menumbuhkan minat baca peserta didik serta
meningkatkan cinta membaca agar pengetahuan secepat mungkin dapat dikuasai lebih
baik. Doktor Yunus mengingatkan, “Namun harus materi baca berisi nilai karakter
yang bersumber kearifan lokal, nasional, dan global serta dapat disampaikan
sesuai tahap perkembangan peserta didik.”
Pakar
Literasi dari UBT juga menegaskan pentingnya melibatkan semua pemangku
kepentingan di bidang pendidikan, mulai tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. “Pelibatan orang tua peserta didik
dan masyarakat juga menjadi aspek penting budaya literasi di sekolah,” tutur
Doktor Yunus. (ambau.id/ilustrasi: www.123rf.com)
Comments
Post a Comment