Jejak Perempuan di Palagan Nusantara (10)
Nyi Ageng Serang: Bara di Tanah Jawa
Oleh Gunawan Trihantoro
Sekretaris Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah
Setelah keluarganya tumpas di tangan Belanda, Nyi Ageng Serang turut menyokong perjuangan Diponegoro. Bahkan, dia adalah pemimpin pasukan perang melawan Belanda pada 1825. [1]
*
Di tanah yang kerap dibasuh hujan,
berdiri seorang perempuan berjiwa baja.
Bukan sekadar ibu, bukan sekadar istri,
melainkan nyala api yang menolak padam.
Darah bangsawan mengalir di nadinya,
tetapi hatinya milik rakyat jelata.
Dari kecil, ia tak diajarkan menyerah,
melainkan bertempur dengan akal dan nyali.
"Jangan kau pikir aku rapuh,
Jangan kau sangka aku gentar!
Aku lahir dari petir yang menggelegar,
Aku adalah bara di tanah yang kau injak!"
-000-
Angin berbisik di rerimbunan bambu,
langit mengabarkan firasat yang muram.
Nyi Ageng Serang mendongak ke cakrawala,
menatap jauh ke medan perang yang kian mendekat.
Diponegoro telah bergerak,
seperti ombak yang hendak menghantam karang.
Tapi Belanda, dengan licik dan siasat,
menanam jebakan dalam cawan persahabatan.
Ia menggenggam keris yang berkilau,
sembari berbisik pada angin malam,
"Jangan biarkan tanah ini menjadi pekuburan kehormatan,
biarkan ia menjadi pusara bagi para penjajah."
-000-
Nyi Ageng Serang tak hanya bertempur,
Ia merancang siasat, mengatur langkah.
Ia paham medan, paham rakyat,
Menggerakkan pasukan dengan lincah dan cerdik.
Di bawah komando seorang perempuan,
lelaki tak gentar, pemuda tak goyah.
Sebab nyalanya lebih terang dari obor,
sebab tekadnya lebih tajam dari belati.
-000-
Tetapi tak semua perang berujung kemenangan,
dan tak semua pahlawan menutup mata di medan laga.
Tahun berlalu, pertempuran memudar,
namun nama Nyi Ageng Serang tetap berkobar.
Ia tak sekadar bertempur,
tapi mengajarkan arti kehormatan.
Ia tak sekadar melawan,
tapi menanamkan benih perlawanan.
Sampai hari ini, di tiap desiran angin,
masih terdengar gaung langkahnya.
Di tiap nyala lilin perjuangan,
masih tersimpan bara semangatnya.
"Jangan biarkan tanah ini menjadi dingin,
Jangan biarkan darah ini tumpah sia-sia.
Selama kita masih mengingat, selama kita masih berjuang,
Aku, Nyi Ageng Serang, tetap hidup!"
*
Rumah Kayu Cepu, 6 Februari 2025
CATATAN:
[1] Puisi esai ini diinspirasi dari kisah Nyi Ageng Serang yang lahir sebagai Raden Ajeng Retno Edhi pada abad ke-18 dan berasal dari Kesultanan Mataram. https://tirto.id/firasat-nyi-ageng-serang-dan-siasat-de-kock-menangkap-diponegoro-gCjN
• Ia berperan penting dalam Perang Diponegoro (1825–1830) dengan strategi gerilyanya yang cerdas.
• Ia dikenal sebagai ahli strategi perang dan memimpin pasukan melawan kolonial Belanda.
• Firasat dan kebijaksanaan taktisnya banyak disebut dalam catatan sejarah, termasuk dukungannya terhadap Pangeran Diponegoro.
• Nama dan semangatnya tetap hidup sebagai simbol perlawanan perempuan dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Comments
Post a Comment