Peluru di Jalan Raya
Oleh Gunawan Trihantoro
(Sekretaris KEAI Provinsi Jawa Tengah)
Di jalan raya yang membentang bisu,
Tangerang-Merak menjadi saksi kelabu.
Asa dan raga terkoyak oleh amarah,
Peluru melayang, hidup pun pasrah.
Mobil yang dulu bercerita tentang perjalanan,
Kini berhenti dengan kisah kehilangan.
Bos rental, bukan lagi tokoh dalam transaksi,
Tapi korban dari kisah yang penuh rekayasa emosi.
-000-
Ia datang dengan senyum ramah,
Penyewa mobil yang tampak tanpa celah.
"Berapa lama, Pak, rentalnya?"
Pertanyaan sederhana, tapi berbuntut petaka.
Hari-hari berlalu,
Mobil tak kembali, janji kian semu.
Di balik roda empat itu,
Ada niat yang tak pernah jujur dari awal waktu.
Bos rental mencoba mencari,
Jejak yang hilang di jalan penuh misteri.
"Dimana mobilku? Dimana jawabmu?"
Tapi jawaban datang dengan sesuatu yang tak pernah ia tahu.
-000-
Tol Tangerang-Merak, malam itu,
Lampu jalan berbisik pada bayang-bayang yang kaku.
Dua jiwa bertemu dalam konfrontasi,
Tapi satu jiwa tak lagi pulang ke sisi.
Peluru berbicara lebih keras dari kata,
Menembus tubuh yang hanya ingin meminta haknya.
Ia tak tahu, malam itu akhir ceritanya,
Karena pelaku sudah menggenggam niat tak terkira.
Satu tembakan, dua takdir berubah,
Yang satu lenyap, yang lain hidup dalam salah.
Apakah ini keadilan yang ia cari?
Atau justru amarah yang tak dapat ia kendali?
-000-
Keluarga bos rental menangis di pagi hari,
Saat berita buruk datang menghampiri.
"Kenapa dia? Kenapa harus seperti ini?"
Pertanyaan yang menggantung di sudut hati.
Di ruang sidang nanti,
Pelaku akan berdiri di bawah mata hakim yang dingin.
Apakah penyesalan menghampiri?
Ataukah justru pembelaan yang tanpa arti?
Tol itu kini tak lagi sekadar jalan,
Ia menyimpan dendam yang tak pernah tertawan.
Setiap kendaraan yang melintas,
Membawa cerita luka yang tak akan hilang pantas.
-000-
Kini kita bertanya pada diri,
Apa yang salah pada hati manusia ini?
Mengapa nyawa begitu ringan,
Diambil hanya demi emosi yang tak tertahan?
Dalam gelap malam, peluru melayang,
Bukan hanya tubuh, tapi nurani yang hilang.
Keadilan menjadi harapan yang tergantung,
Di tengah duka yang tak berujung.
---
Rumah Kayu Cepu, 5 Januari 2025
Catatan:
1. Puisi esai ini adalah fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata yang bersumber dari https://news.detik.com/berita/d-7718222/penyewa-mobil-bos-rental-tewas-ditembak-di-tol-tangerang-merak-jadi-tersangka
Comments
Post a Comment