NIA SAMSIHONO JAKARTA: SUMPAH PEMUDA MENGAPA TIDAK LAGI DIKENAL GENERASI MUDA?


 SUMPAH PEMUDA: MENGAPA TIDAK LAGI DIKENAL GENERASI MUDA?

Oleh Nia Samsihono


Sumpah Pemuda, yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928, merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Momen ini menjadi simbol persatuan bangsa, ketika pemuda-pemuda dari berbagai daerah dan latar belakang budaya menyatakan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak kalangan mengkhawatirkan bahwa semangat dan pemahaman tentang Sumpah Pemuda semakin memudar di kalangan generasi muda.


Peran pendidikan dalam menanamkan sejarah nasional tidak bisa dipungkiri. Hanya saja, banyak yang berpendapat bahwa materi sejarah yang diajarkan di sekolah sering kali hanya bersifat hafalan dan tidak mendorong pemahaman yang mendalam. Generasi muda mungkin mengetahui tanggal dan isi Sumpah Pemuda, tetapi kurang memahami konteks historis dan relevansi perjuangan tersebut terhadap kehidupan mereka saat ini.


Dalam era digital, fokus perhatian generasi muda sering kali terpecah oleh perkembangan teknologi dan budaya global yang semakin mendominasi. Budaya populer, media sosial, dan tren internasional membuat isu-isu nasional seperti Sumpah Pemuda tampak kurang relevan bagi kehidupan sehari-hari mereka. Akibatnya, narasi tentang persatuan dan nasionalisme yang dibawa oleh Sumpah Pemuda menjadi kurang menarik.


Peringatan Sumpah Pemuda masih sering dilakukan dengan cara-cara tradisional, seperti upacara bendera dan pidato formal. Sementara itu, banyak generasi muda lebih tertarik pada acara-acara yang bersifat interaktif dan kreatif. Peringatan yang monoton dan kurang inovatif membuat makna Sumpah Pemuda tidak sampai ke hati mereka. Padahal, pendekatan yang lebih modern dan kreatif, seperti melalui musik, film, atau media sosial, bisa menjadi jembatan yang efektif untuk menarik perhatian generasi muda.


Arus globalisasi membawa pengaruh budaya dan nilai-nilai baru yang kadang-kadang bertentangan dengan nilai-nilai nasional. Generasi muda sering kali merasa lebih terhubung dengan budaya internasional daripada nilai-nilai nasionalis yang terkandung dalam Sumpah Pemuda. Hal ini menyebabkan munculnya krisis identitas di kalangan anak muda. Mereka tidak lagi merasa memiliki keterikatan emosional yang kuat terhadap simbol-simbol nasional seperti Sumpah Pemuda.


Sumpah Pemuda bukan sekadar bagian dari sejarah, melainkan sebuah cerminan semangat persatuan yang harus tetap hidup di tengah tantangan zaman. Di tengah keragaman dan kompleksitas sosial saat ini, semangat yang dikandung dalam Sumpah Pemuda bisa menjadi fondasi penting untuk memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara generasi muda. Tanpa mengamalkan nilai persatuan, generasi muda akan hilang rasa kebanggaan dan jecintaan terhadap tanah air Indonesia. Mereka akan lebih mementingkan kepentingan kelompok atau golongan masing-masing.


Seharusnya Sumpah Pemuda tidak hanya sekadar menjadi kenangan sejarah, tetapi tetap relevan dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan kepada generasi muda. Mengingat media sosial adalah platform utama bagi generasi muda, mengemas narasi Sumpah Pemuda dalam bentuk konten kreatif, seperti video pendek, infografis, atau kampanye digital bisa menjadi cara efektif untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.


Membuat program-program yang melibatkan generasi muda dalam proses refleksi sejarah, seperti kunjungan ke situs-situs sejarah, lomba kreatif bertema nasionalisme, atau diskusi publik tentang relevansi Sumpah Pemuda di masa kini, dapat memperdalam pemahaman mereka tentang arti penting perjuangan tersebut.


Sumpah Pemuda adalah simbol persatuan yang tidak boleh dilupakan, apalagi oleh generasi muda yang menjadi penerus bangsa. Di dalam sumpah itu ada ikatan tentang bagaimana orang berbahasa. Generasi muda mulai abai tentang kaidah bahasa Indonesia yang seharusnya terus kita kembangkan dan kuasai sebagai bahasa persatuan dan bahasa kebanggaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat  untuk menghidupkan kembali semangat Sumpah Pemuda dengan cara yang lebih relevan dan menarik bagi generasi saat ini. Hanya dengan begitu, nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda akan terus hidup dan menjadi pemandu di tengah dinamika perubahan zaman.


Jakarta, 6 Oktober 2024


Comments