Menghidupkan Sisi Spiritual Manusia (8)
MENAMBAH ELEMEN PENGHAYATAN BAHKAN UNTUK HAL- HAL KECIL
Denny JA
“Seperti butiran air di atas daun, hidup ini singkat, namun keindahan hadir bagi mereka yang bersedia merasakannya.”
Kutipan ini menggambarkan betapa setiap momen dalam hidup, tak peduli sekecil apapun, bisa menyimpan keindahan yang dalam.
Hidup sering terasa seperti deretan rutinitas yang terburu-buru, namun dengan menambah elemen penghayatan, kita bisa merasakan makna di balik setiap detik yang kita lalui.
Savoring atau menikmati momen kecil adalah kunci untuk merasakan kedamaian batin.
Tiga penelitian mendukung pentingnya hal ini. Bryant dan Veroff (2007) menemukan bahwa mereka yang mampu menghargai momen kecil memiliki kesejahteraan mental yang lebih baik.
Studi ini menunjukkan bahwa savoring memperkuat emosi positif, membantu individu merasa lebih bersyukur.
Penelitian kedua oleh Quoidbach dan Dunn (2013) menegaskan bahwa memperhatikan hal-hal kecil secara mendalam membuat hidup terasa lebih penuh.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kebahagiaan bukan hanya soal pencapaian besar, tapi lebih kepada bagaimana kita menjalani momen sehari-hari.
Penelitian ketiga oleh Kiken et al. (2015) menunjukkan bahwa orang yang terlibat dalam latihan mindfulness cenderung lebih menikmati kehidupan dan mengalami tingkat stres yang lebih rendah.
-000-
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan menambah elemen penghayatan? Ini adalah seni menikmati momen dalam hidup, baik itu hal besar maupun kecil.
Misalnya, dalam kesibukan sehari-hari, berhenti sejenak untuk menghirup udara pagi yang segar, mendengarkan suara angin, atau menikmati secangkir teh.
Elemen penghayatan ini bukanlah sesuatu yang pasif; itu adalah tindakan aktif untuk mengisi setiap momen dengan makna.
Mengapa ini penting? Di tengah kehidupan yang serba cepat, kita sering kali hidup di autopilot. Kita melewati hari tanpa benar-benar merasakan apapun. Akibatnya, kita kehilangan rasa syukur dan kedamaian batin.
Menambah elemen penghayatan mengajarkan kita untuk memperlambat waktu, memfokuskan perhatian, dan merasakan apa yang ada di sekitar kita.
Kehidupan bukanlah hanya tentang mencapai tujuan besar, tetapi tentang bagaimana kita menikmati perjalanan menuju tujuan tersebut.
Namun, ada kritik terhadap konsep ini. Beberapa orang berpendapat bahwa menikmati hal-hal kecil adalah bentuk eskapisme, cara untuk menghindari realitas yang keras.
Apakah kita benar-benar menemukan kebahagiaan sejati dengan menghargai momen kecil, atau kita hanya melarikan diri dari masalah besar?
Kritik ini menyiratkan bahwa fokus pada hal-hal kecil mungkin mengurangi perhatian kita terhadap isu-isu besar. Namun, jawabannya adalah keseimbangan.
Menambah elemen penghayatan bukan berarti melupakan tantangan hidup, melainkan menciptakan ruang untuk kedamaian di tengah kekacauan. Ini adalah bentuk pengelolaan emosi yang bijaksana, bukan eskapisme.
Steve Jobs, misalnya, dikenal dengan filosofi minimalis dan perhatian pada detail. Dalam biografinya, Jobs sering kali berbicara tentang pentingnya menghargai momen kecil, baik dalam desain produk maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Filosofinya mencerminkan gagasan bahwa hidup dapat lebih berarti ketika kita memberikan perhatian penuh pada setiap detail.
-000-
Dalam sejarah filsafat dan ajaran agama, konsep menikmati momen kecil telah lama dibicarakan. Dalam Islam, konsep syukur mengajarkan kita untuk bersyukur atas segala hal, bahkan yang kecil.
Dalam tradisi Kristen, ada konsep kontemplasi, di mana momen-momen kecil dalam kehidupan dianggap sebagai bentuk komunikasi dengan Tuhan.
St. Teresa dari Avila, misalnya, menemukan kedamaian dan makna bahkan dalam tugas sehari-hari seperti mencuci piring.
Dalam ajaran Buddha, konsep mindfulness atau kesadaran penuh mengajarkan kita untuk hidup dalam saat ini, menikmati setiap tindakan, sekecil apapun.
Ajaran Hindu melalui bhakti yoga menekankan pengabdian dalam setiap momen, bahkan dalam kegiatan rutin.
Konghucu berbicara tentang keharmonisan hidup yang tercermin dalam tindakan-tindakan kecil yang dilakukan dengan kesadaran penuh.
Bahkan dalam filsafat non-agama seperti Stoikisme, ada ajaran untuk menerima setiap momen dengan penerimaan penuh dan menghargainya sebagai bagian dari hidup.
-000-
Seperti senja yang perlahan berubah warna, hidup adalah perpaduan momen-momen kecil. Keindahan hidup terletak pada cara kita menikmati dan menghargai momen tersebut.
Menambah elemen penghayatan adalah seni untuk menemukan kedamaian dalam hal-hal kecil, membuat setiap hari menjadi lebih bermakna.
Ini beberapa contoh hal yang rutin dan seolah kecil akan memberikan efek berbeda jika kita tambahkan elemen penghayatan.
Menikmati Seteguk Teh di Pagi Hari. Sebuah cangkir teh di tangan, yang biasanya kita teguk terburu-buru, dapat menjadi dunia kecil yang hangat saat dihayati.
Dalam diam, seteguk demi seteguk mengalir seperti riak sungai yang lambat, mengajak kita untuk merasakan kehangatan yang lembut di setiap rasa, aroma yang membawa ketenangan, dan detak yang melambat di dalam dada.
Keharuman teh itu seolah berbisik, bahwa ada kedamaian di antara hiruk-pikuk kehidupan, hanya jika kita berhenti sejenak untuk mendengarkannya.
Mendengar Hujan yang Turun di Luar Jendela. Biasanya, hujan dianggap suara latar yang samar, tapi dalam keheningan, hujan adalah simfoni yang menderu halus, tiap tetes bagai nada dalam orkestra alam.
Kita dapat menutup mata, mendengarkan ritme yang teratur, seolah-olah bumi sedang bernafas lega.
Dalam tetes-tetes air itu ada cerita yang abadi, perjalanan dari awan ke tanah yang menunggu untuk diserap.
Saat kita menghayatinya, hujan berubah menjadi kenangan yang lembut, mengingatkan kita pada rasa syukur bahwa bumi kita masih hidup, dan bahwa setiap tetes hujan adalah anugerah.
Menatap Langit Senja di Ujung Hari. Langit senja yang biasanya kita lewatkan dengan tatapan singkat sebenarnya adalah kanvas jiwa yang merangkum keindahan hari.
Ketika kita berhenti dan menatapnya dengan penghayatan, warna oranye dan merah yang berpadu seolah mengalir dari horizon seperti darah bumi yang menghangatkan.
Setiap warna menuntun kita untuk merenungkan bahwa hidup ini penuh lapisan, penuh peralihan, dan penuh akhir yang tak terhindarkan.
Dalam setiap lembayung senja, ada pesan tentang perjalanan yang berakhir untuk memberi jalan bagi hari yang baru.
Jika kita mampu menghayatinya, maka senja bukan lagi akhir, melainkan awal dari kedamaian yang lebih dalam.
Di tengah gemuruh kehidupan, kita masih bisa menemukan keheningan, dan dalam keheningan itu, kita menemukan kebahagiaan bahkan dari hal yang rutin dan seolah kecil. ***
Jakarta, 29 Oktober 2024
Referensi
Fred Bryant dan Joseph Veroff, Savoring: A New Model of Positive Experience, 2007, Lawrence Erlbaum Associates.
Jordi Quoidbach dan Elizabeth W. Dunn, Affective Forecasting: How Our Expectations Shape Our Emotions, 2013, Psychological Science.
Alicia Kiken et al., Mindfulness and Psychological Well-being: A Study of Present-focused Attention and Happiness, 2015, Springer.
Comments
Post a Comment