"Bibirmu kelopak semesta: yang dirahasiakan Tuhan berbilang kala. Sekarang aku tergoda menghisap setandasnya: meski mustahil memilikinya". Perempuan itu lalu melukis wajah lelaki yang dijumpai di belantara citra. Bermalam-malam dia serasa mengembara di kebun mawar berduri, yang gemerlapan kunang-kunang berkitar-kitar di atas sepi: mencari harum yang bisa disesap dari bibir lelaki. "Tuhan, mungkinkah aku bakal terpelanting lagi? Tubuhku makin ringkih ditampari sepi. Jiwaku menahun diserang virus patah hati. Berilah aku sesesap bahagia meski tak kumiliki sumber sejati"
HLP, 29/1/18, 16.03
(ilustrasi saatchi/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment