"Kaulah lelaki rotan?", cetusmu memegang sulur panjang perjalanan: merambati waktu demi waktu merimbunkan hutan kenangan. Basah daun-daun rindang mempertegas hijau lumut di pohon-pohon tua: menyimpan catatan musim-musim yang lewat di jalan kehidupan kita.
"Kaulah perempuan rempah!", sahutku memandangmu dengan bungah: kebun-kebun kesaksian terbentang amatlah indah. Angin gunung mengasuh bakal buah-buah: matang begitu tanak di kuala berkah. Maka kita bukan Adam Hawa yang tertenung siluman buah: kita sepasang enggang yang berumah di hutan begitu betah: mencipta rasa hidup yang kamil syahadah.
(ilustrasi kompasinternasional/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment