MEMANFAATKAN AI DALAM MENINGKATKAN LITERASI
Oleh Nia Samsihono*
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) semakin berperan penting dalam berbagai sektor, termasuk literasi. Literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga literasi digital, informasi, dan media, yang semua ini menjadi kunci dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. AI memiliki kemampuan untuk menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda, dan teknologi AI dapat menganalisis data pembelajaran siswa untuk menawarkan materi yang paling sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajarnya. Misalnya, platform pembelajaran berbasis AI seperti smart tutoring systems mampu memberikan rekomendasi bacaan atau latihan tambahan untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap suatu materi.
Dalam hal keterampilan membaca, AI dapat membantu meningkatkan keterampilan membaca dan menulis dengan memberikan akses ke aplikasi yang dapat membaca teks secara interaktif. Beberapa aplikasi, seperti text-to-speech, membantu anak-anak atau orang dewasa yang mengalami kesulitan membaca untuk mendengarkan teks sambil mengikuti kata-kata yang ditampilkan di layar. Ini tidak hanya membantu mereka memahami konten, tetapi juga memperbaiki pengucapan. Untuk keterampilan menulis, AI dapat digunakan untuk memberikan umpan balik secara otomatis mengenai tata bahasa, ejaan, dan struktur kalimat. Contoh alat yang sangat populer adalah Grammarly, yang membantu pengguna memperbaiki kesalahan menulis mereka dengan saran real-time.
Belajar bahasa asing dapat menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi pelajar yang membutuhkan latihan intensif dalam berbicara, mendengar, menulis, dan membaca. AI memainkan peran penting di sini, melalui aplikasi pembelajaran bahasa seperti Duolingo dan Babbel yang menggunakan AI untuk melacak kemajuan pengguna dan menyesuaikan latihan yang relevan. Teknologi ini juga mampu mengenali suara untuk memeriksa pelafalan dan memberikan umpan balik langsung. AI juga mempermudah akses ke berbagai sumber daya literasi yang sebelumnya mungkin sulit dijangkau oleh banyak orang, terutama di daerah terpencil. Melalui perpustakaan digital yang memanfaatkan teknologi AI, pengguna bisa mencari buku, artikel, jurnal, dan materi literasi lainnya dengan lebih mudah. Teknologi AI memungkinkan pengindeksan dan klasifikasi otomatis terhadap konten, membuat pencarian informasi menjadi lebih efisien.
Salah satu masalah dalam literasi akademik adalah plagiarisme. Dengan memanfaatkan alat berbasis AI seperti Turnitin atau Copyscape, penulis dan pengajar dapat memastikan keaslian karya tulis. AI dapat memindai jutaan dokumen dalam hitungan detik untuk mendeteksi kemiripan teks, membantu menjaga integritas akademik.
Literasi digital dan informasi semakin menjadi aspek yang kritis dalam era modern ini. AI membantu dalam memahami dan memilah informasi dari sumber-sumber yang tersebar di internet. Dengan algoritma pencarian yang canggih, AI dapat memberikan hasil pencarian yang lebih relevan, menyaring berita palsu, serta mempermudah pengguna untuk memverifikasi kebenaran informasi. Ini meningkatkan kemampuan seseorang untuk memproses, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan bertanggung jawab.
AI sangat membantu dalam memfasilitasi akses literasi bagi penyandang disabilitas. Bagi mereka yang memiliki gangguan penglihatan, teknologi AI berbasis text-to-speech atau pembaca layar dapat membantu mereka "membaca" buku atau konten digital. Sementara itu, alat berbasis AI seperti aplikasi speech-to-text memberikan bantuan kepada mereka yang kesulitan menulis dengan memberikan transkripsi otomatis. Penggunaan AI dalam literasi dapat diperluas melalui integrasi teknologi augmented reality (AR) dan virtua reality (VR). Dengan menggabungkan teknologi ini, AI bisa menghadirkan pengalaman membaca yang lebih interaktif dan imersif. Misalnya, buku-buku interaktif yang dilengkapi dengan AR dapat membuat gambar-gambar atau karakter dalam cerita “hidup” di depan mata pembaca, meningkatkan minat dan keterlibatan pembaca terutama anak-anak.
AI juga dapat digunakan untuk menganalisis narasi yang ada dalam buku atau teks, membantu pembaca memahami emosi dan konteks sosial yang terdapat dalam cerita. Ini membantu dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan literasi sosial, yang penting untuk interaksi antarpribadi dan dalam masyarakat. Algoritma AI dapat menganalisis karakter dan interaksi dalam cerita untuk membantu pembaca memahami dinamika emosional yang mungkin mereka abaikan. Pemanfaatan AI dalam literasi membuka banyak peluang untuk meningkatkan akses, pengalaman, dan kualitas literasi di berbagai bidang. Dengan kemampuan untuk menyesuaikan pembelajaran, menyediakan akses ke sumber daya yang lebih luas, serta memberikan dukungan bagi individu dengan kebutuhan khusus, AI tidak hanya memperkaya pembelajaran individu tetapi juga berpotensi mengatasi kesenjangan literasi di seluruh dunia.
Integrasi AI ke dalam pendidikan dan literasi adalah langkah penting untuk memastikan bahwa semua individu, tanpa memandang latar belakang atau kemampuan, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
Grup Kreator Era AI (KEAI) Jakarta melihat pentingnya peran AI dalam mendukung dunia literasi di era digital ini. Oleh karena itu, KEAI Jakarta ingin memperkenalkan dan mendorong masyarakat untuk lebih memahami cara-cara praktis dalam memanfaatkan AI untuk memperkaya literasi mereka melalui lomba video. KEAI berharap para creator, pelajar, pendidik, dan masyarakat umum ikut berpartisipasi dalam lomba vodeo bertajuk “Cara Memanfaatkan AI dalam Literasi”. Peserta dapat mengeksplorasi berbagai cara AI dalam membantu: membaca dan menulis lebih efektif, meningkatkan keterampilan literasi digital, membantu dalam pembelajaran bahasa, mengelola informasi dan riset, menghadirkan inovasi baru dalam dunia literasi. Ada hadiah yang akan diberikan untuk juara 1, 2, dan 3. Nara hubung untuk kegiatan ini adalah Dwi Sutarjantono (+62 81586002186). Semoga grup KEAI Jakarta dapat membantu masyarakat lebih cerdas menghadapi era digital dalam kehidupan.
Jakarta, 6 Oktober 2024
Nia Samsihono, penulis
Comments
Post a Comment