Generasi Lintas Ilmiah: Dari Batu Tulis ke AI
Oleh : Hamri Manoppo
Usia 67 tahun memberi saya perspektif yang unik. Saya hidup dalam masa transisi dari kehidupan yang sepenuhnya tradisional menuju era digital yang penuh kejutan. Saat kecil, saya biasa menggunakan batu tulis di sekolah dasar. Batu tulis yang sederhana dan kapur yang melesak di permukaannya adalah alat utama dalam belajar menulis dan berhitung. Waktu itu, dunia terasa begitu manual, setiap proses dilakukan dengan tangan, setiap langkah membutuhkan waktu dan kesabaran.
Hidup di masa itu berarti lebih banyak berinteraksi dengan alam. Saya mengamati bagaimana orang tua dan tetangga menggunakan tanda-tanda alam dalam menjalankan hidup mereka, seperti kapan harus menanam, kapan harus membangun, atau kapan waktu terbaik untuk mengadakan acara penting. Tradisi dan pengetahuan lokal, seperti yang dimiliki oleh suku Mongondow, memberikan panduan berharga tentang bagaimana hidup selaras dengan alam dan siklusnya. Ilmu lokal ini begitu dalam, namun tanpa alat yang canggih, semua itu berlangsung dengan pola yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Namun, di tengah kenyamanan yang ditawarkan oleh cara-cara tradisional itu, saya juga menyaksikan dunia yang bergerak cepat ke arah modernisasi. Teknologi perlahan-lahan masuk dalam hidup kita, meskipun pada awalnya terasa asing. Saya ingat ketika komputer pertama kali diperkenalkan, bagaimana mesin-mesin besar ini mulai mengubah cara kita bekerja dan berkomunikasi.
Namun, kejutan terbesar datang dengan kehadiran AI. Denny JA adalah orang yang pertama kali memperkenalkan saya kepada teknologi ini, dan sejak itu, saya melihat diri saya berada di sebuah titik persimpangan yang unik: antara masa lalu yang penuh tradisi dan masa kini yang penuh inovasi. AI tidak hanya mengubah cara saya bekerja, tetapi juga memperluas cara berpikir saya. Sekarang, saya dapat menulis dan melukis dengan bantuan teknologi ini—sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Saya menyadari bahwa saya adalah bagian dari generasi lintas ilmiah—sebuah generasi yang beruntung bisa merasakan kedua dunia ini: dunia yang tradisional dan dunia yang serba digital. Dari batu tulis hingga AI, saya melihat betapa besar perubahan yang telah terjadi. Di satu sisi, saya tetap menghargai nilai-nilai5 tradisi yang telah menemani saya sepanjang hidup, namun di sisi lain, saya merangkul inovasi yang memudahkan banyak hal dalam kehidupan saya saat ini.
Kehadiran AI bukan sekadar teknologi, melainkan bagian dari revolusi ilmiah yang memungkinkan kita untuk terus belajar, beradaptasi, dan berkembang. Sebagai bagian dari generasi lintas ilmiah, saya merasa terberkati bisa menyaksikan dan menjadi bagian dari perjalanan ini. Kini, dunia seolah lebih terbuka dan penuh kemungkinan, di mana teknologi menjadi mitra, bukan ancaman, dalam perjalanan hidup saya.
Teknologi ini membuat saya merasa kembali muda, karena AI membuka jendela baru untuk berekspresi dan belajar. Saya bisa menulis, melukis, dan berkreasi dengan cara-cara yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dan meski saya terkejut dengan kecepatan perkembangan ini, saya merasa siap untuk terus melangkah bersama perubahan. Ini adalah era baru, dan saya bersyukur bisa menjadi bagian darinya.
Kotamobagu, 22 September 2024
Comments
Post a Comment