SASTRAWAN KALIMANTAN MUHAMMAD RIHARJA TELAH WAFAT


Dunia sastra Kalimantan kembali berduka setelah seorang sastrawannya wafat (16/7). Sastrawan Kalimantan yang meninggal dunia ialah Muhamad Riharja atau biasa dikenal sebagai Ramadira. Ia merupakan sastrawan asal Tarakan, Kalimantan Utara.
Namun, sehari-harinya Ramadira tinggal di Samarinda bersama keluarganya. Ramadira berdinas di Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Samarinda.
Ramadira menulis cerpen dan aktif dalam kegiatan bersastra di Kalimantan khususnya Samarinda dalam Jaringan Penulis Kalimantan Timur (JPK). Salah sebuah buku cerpen Ramadira yang terkenal ialah Kucing Kyoko (2012). Kepada seorang temannya, almarhum sempat berkisah sedang menulis sebuah novel.
Kepergian almarhum sangat mengagetkan teman-temannya sesama sastrawan di Kalimantan. "Saya mengajak teman-teman semua khususnya sesama sastrawan dan anggota JPK yang tak sempat takziah ke Tarakan untuk sholat ghoib," seru Penyair Sufi dari Samarinda, Amien Wangsitalaja.
Arbain, penulis dan motivator dari Tarakan, menceritakan bahwa almarhum meninggal setelah menjadi korban pembunuhan orang gila di sekitar masjid di Samarinda. "Almarhum hendak mendirikan sholat dan membelikan makan anak-anaknya saat keluar kantor. Mendadak ada orang gila mengamuk di halaman masjid. Mengejar semua orang di sekitarnya dengan palu besar. Ramadira tak sempat menghindar dan langsung dipukul hingga terjatuh. Nyawanya tidak berhasil diselamatkan," tutur Arbain, Penulis Buku Sang Juara yang juga sepupu korban.
Sastrawan dari Kalimantan Utara sekaligus dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Borneo Tarakan, Muhammad Thobroni, mengaku terkejut dengan kepergian korban yang mendadak. Di mata sastrawan yang menulis buku puisi Sei Kayan tersebut, Ramadira merupakan seorang sastrawan kebangaan Kalimantan. "Kepergiannya menyusul Korrie Layun Rampan dan Johansyah sangat memukul kami semua sesama sastrawan Kalimantan. Apalagi beliau sangat aktif di dunia sastra seperti menjadi nara sumber acara Begenjoh di Balai Bahasa Samarinda," ungkap Thobroni, penulis buku cerpen Ustadz Misterius (2018).
Menurut Thobroni, cerpen-cerpen Ramadira sangat menarik dan menunjukkan imajinasi kreatifnya yang luar biasa. "Saya dikirimi beliau buku Kucing Kyoko dan membacanya berulang-ulang seperti selalu mendapatkan pencerahan baru terus-menerus. Insyaallah beliau husnul khotimah. Sebab beliau adalah orang baik," ujar Thobroni. (ambau.id)

Comments

  1. Innalillahi, turut berduka cita. Mudah-mudahan amal dan ibadanya diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa

    ReplyDelete

Post a Comment