RESIPROSITAS: PUISI PARMADI, JAMBI



/1/
Habil dan Qabil beranjak dewasa
saatnya kini tiba untk berumah tangga
lalu dipertimbangkan mereka dengan perawan yang masih saudara dari kembaran saudaranya. Titah atas nama yang Maha Adil demikian adanya. Abi Adam dan Bunda Hawa wajib melaksanakannya. Lalu diserukan kepada dua saudara itu,"wahai anandaku Habil, engkau akan dinikahkan pada saudara kembar pasangan Qabil, dan engkau Qabil akan kunikah kan engkau dengan saudara kembar Habil."
Habil menerima putusan itu, namun tidak bagi Qabil. Ia justru ingin menikah dengan saudara kembarnya sendiri. bukan kembaran Habil.
Iblis tertawa riang, tipudayanya kepada Qabil telah tersalurkan.

/2/
Adam bermunajat,
Yang Maha Kuasa memerintahkan,
"Siapa di antara mereka yang mau
memberikan ungkapan syukur sebagai persembahan yang terbaik kepada Ku,
maka dialah pemenang
dan berhak atas dirinya memperisteri saudara Qabil."
Semua ada aturannya. Apa yang tidak mungkin bagi Zat Yang Maha Penentu,
dan itulah ketentuannya
yang pandai bersyukur
adalah yang bertaqwa dan pasti beroleh bahagia.
Begitulah Habil berhak memperisteri kembaran Qabil.

Qabil menentang kehendak Tuhan,
menyatakan kembaran Habil
untuk ia peristeri tiada sepadan.
Amarah memenuhi dadanya,
tersimpan dendam
namun tak tahu apa akan dia perbuat.
sementara dalam diam,
terbetik dipikirannya
untuk mengiyakan
hasutan iblis yang menguatkan
bahwa nanti ada kalanya
menunaikan dendam

3/
Habil dan Qabil, dua saudara kembar peletak dasar prinsip resiprositas.
Bagi Habil, resiprositas dengan Tuhan bukan hitungan keuntungan, namun nilai ketakwaan dan kewajiban dengan memberikan yang terbaik yang dimilini. Bukan hadiah, tapi ketaatan sebagai makhluk kepada pencipta.
Bagi Qabil, logika resiprositas
adalah majinasinya tentang hubungan antar manusia, bagaimana biaya rendah, keuntungan didapat mewah.

Qabil memperturut tipu daya iblis,
lupa bahwa matematika manusia
tak berlaku dalam hitungan perintah Tuhan.
Demikianlah kenyataan perwujudan tentang hubungan manusia dengan Tuhan, dalam bingkai persoalan hakiki kebutuhan di antara ruh dan ragawi.

Kobar Jambi, 17052018

Comments