cuaca adalah sahabat
karib dalam nasib yang tak bersahabat
aku direndam atas pekerjaan
hitam putih di jalan-jalan dengan
nilai buliran padi
aku dijerat undang-undang tak bersahabat. di tanah tanah becek
busuk yang membusukkan pandangan, tanagaku hanya lumpur
diikat beban seberat perlawanan nasib
jika pengusaha mengejar target
aku terbanting dalam kebijakan
tanpa suara.
entah, keringat atau airmata
mengucur di antara pipa-pipa
minyak dalam lokasi pikiran
hujan panas seperti atap menutupi
kisah panjang rumah-rumah pekerja tanpa waktu. tak ada status ketiika lembar undang-undang membayar kontrak buruh buruh kontrakan
meski tenaga terkuras di cuaca gelap, siang menekan panas-Nya
untuk menuupi mulut-mulut kecil anakku.
--- bekerjalah. ruang belajar dan huruf huruf latin bercerita dalam tugas yang tak pernah tuntas.
anak-anakku adalah buku; riuh suara palu, obeng dan las dinding tengki
adalah pintu masa depannya
aku terpatung dalam tugas
dalam kepenatan yang tak dirasa
karena jiwa dan kewajiban
mengangkat wilayah anakku adalah menutupi mulut mereka yang menganga dengan pintu-pintu sekolah.
Mei 2018
--------------------------------
anto narasoma
MENANTI RUANG SUNYI
menanti apa;
pertanyaan begitu panjang
kakinya melangkah
dari kata per kata
dari jalan jalan penuh liku
pencarian
tiap kali ketidakpastian itu
menanti dari perjalanan yang
tak ada jawaban
kaki kaki terus mencari
ke dalam pikiran dan perasaan
lama ia tak muncul
karena kaki kaki yang bergerak
dari putaran jam terus berkitar
dalam liukan jalan, diam di sudut
ruang tunggu
menanti apa;
ketika ketidakpastian mencari
ke sana-sini dari lorong lorong
kesabaran yang tak ada garis batas
sebab sejak sebelum penantian
yang duduk dalam kesunyian
adalah ruang kosong tanpa orang orang dalam pertanyaan panjang.
April 2018
Ilustrasi thehindu/ yuk klik iklannya
Comments
Post a Comment