RAUTAN MEJA KAYU: CERITA PENDEK VIOLA MARSHA, RIAU




seketika hiruk pikuk terjadi pada sebuah keluarga kecil yang dulunya tenang, aman dan bahagia. Semenjak kedatangan seorang kakek, rumah itu sering gaduh setiap saat. Hardik dan teriakan bingar ke luar rumah dan terdengar telinga tetangga.
"Aku muak dengan situasi rumah ini, seperti neraka semenjak kedatangan orang tuamu, mas?"
"Aku minta maaf, Bu..."
"Tapi Ayah cuma punya aku dan tidak mungkin aku campakkan di luar sana, dia itu orang tuaku,Bu..."
"Entah sampai kapan aku bisa bertahan dengan semua ini". Gerutu istrinya.

Nita berlalu dari hadapan suaminya dengan wajah sangat kesal dan jengkel. Sambil mengambil gelas dan sendok makan yang berjatuhan ke bawah meja makan.
Tiada senyum indah yang ditampilkan Nita setiap hari, mukanya selalu masam, kecut seperti jeruk nipis tanpa gula.
Lembab udara pagi akibat hujan semalam menambah kusutnya suasana, anak mereka yang baru berumur 6tahun seakan menyimak setiap perkataan Ibunya, kata demi kata, kalimat demi kalimat yang keluar memenuhi ruang rumah mereka.
Sampai pada suatu ketika, makan malam sudah terhidang di meja makan.
"Sepertinya masakan Ibu hari ini sangat istimewa ya?" ucap Ayah sambil melirik makanan di meja.
"Iya,yah... Sepertinya sangat lezat, ayo kita makan sela Rini sambil menarik kursi dan duduk manis diatasnya".

Kakek yang dipapah oleh Ayah juga duduk di kursi sebelah Rini dengan tangan gemetar akibat sakit yang dideritanya akhir-akhir ini.
Sepiring nasi bersama lauk dan segelas susu sudah terhidang dihadapan kakek renta itu.
"Ayo di makan,yah..."
"Hati-hati jangan sampai tumpah dan berjatuhan lagi,  aku capek membersihkannya". Cetus Nita.

Kakek hanya diam dan berusaha menyendok makanan yang ada dihadapannya itu. Dengan tangan tertatih-tatih menyendok makanan untuk masuk ke mulutnya, terkadang masuk ke mulut,terkadang jatuh dan berserak di meja. Semua hanya diam sambil menyantap nasi masing-masing. Pada sendokkan selanjutnya, sendok kakek pun jatuh dan susu tumpah tumpah memasahi meja dan baju si kakek.

"Ayah.....  Kamu lihatkan? Ayahmu tidak bisa makan bersama kita lagi, semua berserakan dan menghilangkan nafsu makanku".
"ya sudah, besok aku akan buatkan meja untuk Ayah sendiri biar tidak semeja lagi makan bersama kita".

Sampailah pada hari berikutnya, telah terpampang meja beserta kursi kayu disudut ruangan itu, diatasnya ada tekong dan pinggan plastik untuk makan sang Ayah.
Makan malam hari ini berlalu dengan hening dan membuat Nita tidak berceloteh lagi akibat perbuatan Ayah mertuanya. Dan akhir makan malam pun berlalu tanpa kegaduhan meski meja kayu itu terlihat berserakan.

selepas makan, mereka pun beranjak dan masuk kamar masing-masing, begitu juga Rini, sang anak bergegas masuk kamarnya untuk tidur,  tapi sesampai dikamar tidurnya, Rini tidak langsung tidur dan dia asik mengerjakan sesuatu dengan tekunnya.
"Rini belum tidur? suara merdu terdengar dari balik daun pintu kamar Rini".
"belum Ayah... tunggu sebentar lagi, sampai Rini menyiapkan ini".
"Apa yang Rini kerjakan?"
"ini Ayah,  meja kayu dan kursi kayu untuk Ayah dan Ibu nanti kalau sudah tua, akan Rini letakkan disudut pintu kita nanti".

Sang ayah mengulum senyum getir mendengar ucapan anak semata wayangnya itu.
Dan keesokan harinya, Ayah mengembalikan kakek ke meja utama mereka untuk makan bersama kembali. Ada binar terpancar di wajah gadis kecil itu sambil memeluk kakek kesayangannya.

Talukkuantan,23022018
introspeksi diri





Ilustrasi intpicture/ yuk klik iklannya

Comments

  1. Terharu baca cerpen ini betapa pandainya si Rini menegur sopan orang tuanya

    ReplyDelete
  2. Jiwa anak kecil dan bersih, mereka menyerap semua yang tampil dihadapannya.
    Rini anak yang cerdas bisa membuat orang tuanya mampu mengoreksi kesalahan.

    ReplyDelete

Post a Comment