CUK MAK ILANG: PUISI BAMBANG IRAWAN, BENGKULU



Tak usah kau tanya bagaimana bahasa itu melaju
di nadiku, ia sederas arus sungai
Musi. Mungkin,
pada waktu-waktu tak bisa aku
mengalirkannya sebagai kata
di dada, tak pernah ia
kehabisan makna.

"Mak ilang cagak batu"

Berkelok bercabang. Disepikan kenangan
Seperti akar ilalang
Namun, Tuhanku, terima kasih buat masa kecilku
Setidaknya kutahu, bagaimana rasa bahagia
Dalam rindu, hanyut aku.

"Kapal api, masuk Palembang
Airnyo tenang jadi gelombang"

Sampai ke muara
Sementara, melautlah aku
Menyemat karang, tegar-tegar dihantam gelombang
Jangan kau tanya bagaimana isi dadaku.

Sampai di sini bahagiaku ...
Mata polosmu

"Cuk mak ilang."

Palembang, Mei 2015


(ilustrasi wajah kota/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments