BULAN DAN AWAN: PUISI BAMBANG IRAWAN, BENGKULU



mungkin kita, saat jatuh, seperti laron-laron patah sayap. bertemu. bergantian; sesekali kau berjalan di depan, sesekali aku berjalan di belakang. namun, keraplah kita berpangkuan, bergantian; sesekali kau memangku bulan, sesekali kupangku awan.

"tapi aku takut awan gelap, kakanda."

kubilang tak apa, adinda; sehitam itu pun akan jadi bening hujan. kita hanya butuh bangku, dan sebuah cangkir kosong, tempat langit menuang awan.

"tapi kaubisikkan dalam gelapmu, kakanda, laron-laron yang jatuh, di antaranya mereka dikepung sepi--sendiri. aku takut kehilangan (lagi) ..."

kubilang tak apa. adinda, terkadang memang cinta butuh sepi, untuk mengekalkan adanya. seperti laron-laron patah sayap, kenyang akan cahaya, jatuh pun cinta.

"jangan pernah merasa sendiri lagi, adinda."

"iya, kakanda."

meski lautan membelah kita.

tersenyum.

dua bibir bulan
dan awan
kita kecup bergantian.

Bulan Biru, 2018

😍


(ilustrasi twolnchbrush/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments