Bung, di lurah panjang membujur terbelah sungai Sa'dan yang riak-riaknya gelisah tak pernah tidur, dan dikepung punggung-punggung pegunungan cadas, yang telah melahap ribuan angka almanak yang pernah tergantung di dinding waktu, yang serupa raksasa telentang sedang mendengkur, konon bermulalah peradaban masyhur. Orang-orang bersyukur, orang-orang mewartakan keelokan adab yang disangka tak bakal hancur meski mungkin tebal pupur: menjadikan berbilang manusia sekarang berhasrat buat menyalurkan syahwat lipur, karena kini udara kehidupan rata diurapi racun yang selalu tersembur.
Bung, telah beribu-ribu utas waktu, di situ mukim sehimpun manusia yang bahagia mengaku orang di utara sebagai leluhur. Maka, mereka menamai diri orang Toraja: dan daerah mereka Tana Toraja. Di situ diolah hidup menjadi sebuah adab ternama: bermasa-masa yang tak tercatat angka dan aksara terawat sebegitu indahnya: maka unik tak ada toloknya. Orang-orang di luar sana pun lalu berseru: ohoi tradisi Toraja amat luar biasa! Kamus tak cukup memberikan kata: bahasa tak sanggup beri kecukupan susunan angan tiap manusia. Maka decak suara pukau pun senantiasa bergema. Gelang-geleng kepala senantiasa tercipta: orang-orang tertenung begitu rupa, seperti terteluh permainan David Copperfield yang terkemuka. "Di sini tradisi teramat tua, tak ada bandingnya di dunia, masih tetap terjaga! Lihatlah kubur-kubur batu tua, kubur Lemo dan Batu Londa, betapa indah menghancurkan tata makna biasa", tutur riang seorang pemandu wisata. "Kubur batu tua itu memang tradisi amat tua, di situ leluhur kami senantiasa setia bersama: maka kami harus menjaganya: tapi, tapi alangkah mahalnya!", kata wanita muda yang berjualan suvenir di sekitar Lemo, satu kubur tua yang ada di Toraja. Di antara dagangan yang belum laku juga, dia tengah masgul bayangkan biaya beratus juta: demi kubur batu keluarga. Sementara para turis terus berswafoto gembira, sambil mencintai kata-kata yang asing bagi wanita muda.
(ilustrasi wego/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment