PEREMPUAN ITU: PUISI DJOKO SARYONO, MALANG





/1/
Dalam balut busana tradisi yang memancarkan harga diri, perempuan cantik itu gemetar, tapi sedar, juga tak gentar. "Meski memeram rahasia,bukankah ini malam mulia! Malaikat turun ke dunia membagi pahala, dan hari terlulur bau pohon bidara. Waktu keramat menjahit segala yang tak tersambung rapat: menjahit harap yang disumba luhur tekad", ujarnya. Maka jarum tajam di jemari kanan, benang kuat di jemari kiri. Dua warna sobekan kain perca di dekapan hati. "Segera kusatukan bagimu negeri!", dia meruncingkan niat, sembari menyulam cekatan kain ditaburi munajat. "Kendati sahaja sudah kusulam bendera, bermakna luar biasa, gentarkan sesiapa!", yakinnya kepada lelaki pohon asam yang perwira, yang diikutinya dengan meninggalkan rimbun hutan dan suara kelembutan. Dan sang lelaki itu memekikkan: merdeka. Dalam dada, dalam malam yang menggoyang sekujur raga. Esok: ketika angin mengibaskan bendara, di langit Indonesia yang dinaungi bulan mulia, pekik merdeka bakal terbang memenuhi langit nusantara.

/2/
Larut semakin berbalut doa langit sengaja menyimpan rahasia. Bulan yang hadir tiap warsa menapakkan kaki menuju waktu muskil diduga. Digembur risau yang bertubi, lelaki itu menyelempangkan keyakinan dada: bisakah kata Maeda dipercaya? Di bawah bayang beberapa lelaki muda sudah siaga menghunus maklumat merdeka.

HLP, 29/1/18, 16.27



(ilustrasi kodokngorekid/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments