PANGGUNG SANDIWARA: PUISI MUHAMMAD THOBRONI, TARAKAN



Aha, panggung sandiwara kembali
Dibuka. Kursi-kursi ditata sedemikian
Rupa.  Dekorasi dikemas seserius mungkin.
Wajah-wajah kaya dan miskin
Dipoles semeyakinkan mungkin
Raut sedih dan bahagia dipupur, dialis, dicoret, disilang, dipermak
Seasli mungkin
Agar berderai air mata para penonton
Agar terbahakbahak para pemirsa
Agar terkesiap segala pandangan mata

Ketinting-ketinting diatur dermaga
Sandarnya. Ditentukan siapa penumpangnya. Dipindah-pindah
Diganti-ganti dengan beragam cara. Sesekali
Para buruh berteriak-teriak mencipta
Suasana. Hingar-bingar dan hiruk-pikuk
Sebagai warna. Panas terik bercampur dahaga.  Riak ombak beraduk membentuk
Gelombang-gelombang suara. Lautan teduh bergejolak. Anak-anak kepiting bersembunyi di balik bebatuan siring
Pemecah ombak. Para tepangkul menunggu surut tiba. Kemudian mereka berpesta pora
Di antara lumpur-lumpur lembut
Pelepas duka.
Panggung sandiwara digelar untuk ke sekian kali. Para penonton datang dan tiba. Masuk dengan karcis berbayar atau gratis. Antri kertasnya disobek atau jarinya dicolek tinta
Untuk duduk manis memandang pementasan
Para aktor dan artis beradu peran
Siapa paling meyakinkan hingga akhir
Pertunjukan. Dan membahana tepuk tangan. Para penonton berbaris rapi untuk pulang. Satu demi satu keluar bilik pertunjukan.
Di luar panggung, para penonton bertengkar. Berdebat artis dan aktor paling meyakinkan. Para pahlawan dilukiskan. Para penghianat digambarkan. Para pecundang dimuralkan dalam warnawarni
Kedukaan. 
Panggung sandiwara digelar kembali. Kertas karcis dijual lagi. Ketinting-ketinting diatur ulang di atas panggung. Bidak-bidak panggung menempati posisi. Jangan sekali-sekali blocking. Sebab penonton bisa kecewa sebelum waktunya.
Panggung sandiwara digelar kembali. Sampah-sampah berserakan. Baliho-baliho, spanduk-spanduk, banner-banner, brosur-brosur bertebaran. Penonton kembali datang. Lalu pulang. Dan kembali begitu lagi. Yang penting kesedihan dan kebahagian dapat dinikmati.
Hidup memang tidak melulu kerja. Menonton sandiwara adalah cara kita menikmati hidup bahagia.  Lupa hutang-hutang, lupa perut lapar, lupa dahaga, lupa setiap pertunjukan hanyalah tipu-daya.


2017


(ilustrasi viator/ tik ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments