KISAH PEJUANG ILMU YANG KUPER TO SUPER



Abdullah adalah mahasiswa yang berasal dari negeri seberang. Ia bertekad kuliah meskipun tak punya biaya untuk merantau di negeri orang. Semenjak kuliah ia nyambi menjadi guru ngaji. Apalah daya ketidakmampuan orang tua membuatnya harus bisa mengelola waktu antara kuliah dan bekerja. Ia berasal dari keluarga sederhana yang taat beragama. Ayahnya sehari-hari bekerja sebagai seorang nelayan dan menjadi seorang imam di desa kabut.

Ketika berjuang menimba ilmu di negeri orang, ia mengambil jurusan manajemen. Tujuannya agar ia mampu mengelola diri dan waktunya dalam belajarnya. Sembari kuliah, ia juga mengikuti beberapa organisasi kampus. Tapi ia tidak seperti teman-temannya yang asyik berorganisasi. Ia menjadikan organisasi untuk memperbanyak teman dan jaringan. Hanya 3  semester saja ia gunakan tuk berorganisasi. Setelah semester 5 ia fokus pada tugas kuliah dan pengabdian masyarakat (PPL dan KKN).

Namanya di dunia organisasi ia tak begitu dikenal. Bahkan ia bukanlah salah satu mahasiswa teladan, bukan pula mahasiswa berprestasi, tapi ia menyelesaikan skripsinya dalam waktu 2 bulan, dan mendaftarkan yudisium tepat 3 tahun 8 bulan, namun bukan namanya yang terpanggil sebagai lulusan tercepat. Aneh bin ajaib.

Ketika wisuda berlangsung, setelah toganya dipindahkan, ia mendapatkan telepon dari Ayahnya. Ayahnya tak menghadiri wisudanya, karena ayahnya sedang sakit. Ibu dan adiknya yang menghadiri prosesi wisudanya. Namun kabar dari Ayahnya melalui telepon itu membuat ia berhambur dari barisan, menuju ibu dan adiknya dan langsung pulang ke kampungnya. Hanya sempat pamit kepada ketua prodinya. Kakak kandungnya yang baru beberapa hari mengirimkannya uang tuk membeli dasi kini tlah meninggal dunia.

Begitu lama Abdulllah menghilang, ia tak pernah lagi mengunjungi negeri tempatnya menimba ilmu. Demi membantu keluarga ia bekerja sebagai seorang guru di beberapa sekolah. Hanya seminggu ia menyebarkan lamaran berbekal ijazah S1 nya, ia meraih predikat cumlaude. Ia pun dipanggil dan langsung diterima bekerja. Tak hanya menjadi guru di beberapa sekolah, ia juga menjadi dosen di salah satu Universitas. 5 tahun lamanya ia mengabdi di negerinya menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.

Setelah 5 tahun bekerja, ia berkeinginan untuk melanjutkan kuliah S2 nya yang tlah lama ia inginkan. Namun atas banyak permasalahan dan pertimbangan keluarga, akhirnya ia baru kini bisa melanjutkan studi S2 nya. Sebelum melanjutkan studi,  Abdullah sudah menulis sebanyak 30 buku. Ketika ia bertemu dengan seorang pembimbingnya ketika S1 dulu, Abdullah memberikan beberapa buah masterpiece hasil karyanya. Kemudian pembimbingnya itu berkata, "Kamu luar biasa, kamu sudah seperti professor saja. Kamu bagaikan emas yang tak disadari orang banyak, kamu emas yang berharga di kampungmu, namun mereka tak menyadarinya. Padahal dulu kamu biasa biasa saja dan tak terkenal. Pintar juga tidak", ungkapnya heran.

Tak berselang lama Abdullah ditawarkan untuk mengabdi sembari studi. Namun, peristiwa dulu ketika S1 terulang lagi. Perbedaannya, sekarang orang tahu kalau dia seorang penulis gila. Bahkan ada yang menobatkannya sebagai ghost writer. Bahkan bukunya melebihi buku buku para dosennya.

Tidak jauh berbeda dengan S1 nya, ketika S2 ia mendapati ketidak~fear~an dari para  dosennya. Ketidakobjektifan dan ketidakprofesionalan kini masih bertakhta di kampus tercintanya. Prestasi hanya diukur dari hubungan emosional antara dosen dan mahasiswa. Memang hal ini bukan fenomena yang tabu lagi. Padahal lebih dari itu, prestasi yang hakiki seyogya dilihat dari kemampuannya dalam menulis karya tulis. Bukankah kampus tempat pencetak para cendikia dan ilmuan yang tidak lepas dari menulis, dan bukan hanya pandai berbicara.

Budaya pandai berbicara kini menjadi persoalan di dunia kampus, begitu banyak orang pandai berbicara namun minim sumbangan pemikiran dalam tulisan. Semoga apa yang terjadi pada Abdullah bisa menjadi I'tibar. Dan Semoga dosen di seluruh kampus mampu bersikap objektif dalam menilai.

Wallahu'alam bish shawwab.


MUHAMMAD ARBAIN,  PENULIS BUKU LARIS SANG JUARA DAN BUKU PINTAR KEBUDAYAAN TIDUNG. MAHASISWA PASCASARJANA IAIN SAMARINDA


(ilustrasi lifeisstruggle/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments