DIMANAPUN ITU, PELAJARAN HIKMAH ITU PASTI ADA: PUISI PARMADI, JAMBI



Hari itu, aku mendapatkan pelajaran tentang hikmah dari pentingnya berfikir positif untuk sesuatu yang belum jelas ungkap arti di dalamnya.

Tak kuduga, aku kedatangan tamu.
Mereka adalah tetangga, yang selama ini boleh lah dikata,
sepengetahuanku mereka hidup sederhana dibanding
dengan kiri kanan tetangganya.
Keluarga ini datang, seorang suami bersama dengan isteri dan anaknya yang masih sangat kecil.

Ada sedikit jengah berselimut di hatiku, saat berhadapan dengan kondisi seperti ini, sebagaimana kejadian terdahulu yang pernah menimpaku, dan
mengisyaratkan bahwa aku harus waspada dan bersiap diri.

Bahkan dalam benakku, bisa jadi akan ada kaitannya dengan urusan pinjam meminjam atau utang piutang.
Tetapi....
Subhanallah....
Betapa malunya diri saat mereka menyatakan maksud hati.
Mereka datang dengan kesucian diri karena ingin menyerahkan bagian rizki
yang dipunyai, bagi kemakmuran masjid.sebagai bagian ketaqwaan pada Illahi Robbi.
"Sudah nazar..Pak,"ujar isterinya.
"Jika nanti dapat rezki akan berinfaq ke masjid melalui bapak. Untuk itulah kami datang ke bapak, karena kami malu jika menyerahkannya langsung di Masjid. Takut menjadi riya' dan fitnah" timpal sang suami.

Allahu Akbar,
Aku malu dengan mereka, dan telah memandang rendah kehidupan mereka.
Bagaimana tidak,
mereka yang hidup sederhana saja masih jernih berfikir,
bahwa dalam rizkinya ada bagian untuk mensucikan diri di hadapan Allahu Robbi.

Tiada lama setelah itu,
merekapun beringsut beranjak dari kursi, sembari berjabat tangan dan terucap kata salam utk pamit,"Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam. . ."jawabku
Sambil menemani sampai di luar pintu rumah, akupun berusaha untuk menutupi keharuanku pada sifat fatonah mereka.
Dengan terus mengawasi perjalanan pulang mereka, akupun mendo'a,
"Ya Allah berikan berkah atas rizkinya dan berikan kebahagiaan atas hidup mereka, dan terimalah infaqnya sebagai ibadah"

Sejurus kemudian, keluarga itu telah menghilang di belokan jalan selepas halaman rumah.

Tiada lama berselang dari kejadian,
kudapatkan juga berita.
Keluarga itu sebenarnya tidak pernah memiliki anak kandung. Lalu, siapa anak kecil yang mereka bawa?
"Itu anak asuh,"ujar isteriku
"Mereka mencintai anak kecil. Mereka memelihara, menyapih dan .mengasuh bayi dari keluarga yang tiada mamoumampu untuk mengurus bayi lagi karena banyak anak.
Hingga sampai dengan usia sekolah bayi itu akan tinggal dengan mereka. Dan ketika usia mencukupi untuk sekolah, mereka akan mengembalikan anak itu ke orang tuanya."
"Lalu....?"cecarku.
"Mereka kembali mencari bayi lain yang bernasib sama untuk kembali mereka rawat, asih dan asuh, hingga sampai waktunya dikembalikan pada keluarga kandungnya"

Jantung ku berdegup kencang, ada dorongan sesal yang membuncah.
Bahwa tak selayaknya aku berbuat jengah,
pada apa yang sebenarnya arti kepasrahan diri di lingkup keilahian.
Aku belum apa-apa dibanding mereka..
Mungkin inilah hikmah itu, tiada nyana,
dimana saja dan kapan saja hikmah itu ada, agar pautlah lebih bersyukur.
(pmd18012018)


(ilustrasi mykidsite/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments

  1. Cerita pendek dgn kalimat2 puitis dan menyentuh.Berpikir positif dan bersyukur,hikmah yg bs kita petik dari pengalaman pribadi sang penulis, Subhanallah ...

    ReplyDelete

Post a Comment